Menhub Dudy Kaji Diskon Harga Tiket Pesawat Saat Periode Mudik Lebaran
Kebijakan diskon tiket pesawat diterapkan pemerintah saat Natal dan Tahun Baru 2024/2025.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi berencana kembali menerapkan kebijakan diskon harga tiket pesawat pada Lebaran 2025. Kebijakan diskon tiket pesawat diterapkan pemerintah saat Natal dan Tahun Baru 2024/2025.
Kerja sama pemangku kepentingan di industri penerbangan membuat harga tiket pesawat pada 19 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025 diskon 10%. Setidaknya ada tiga pihak yang berkontribusi, yakni operator bandara, Kemenhub, dan PT Pertamina."Kami akan kembali hitung kelayakan diskon harga tiket pesawat pada Mudik Lebaran 2025. Saya akan berkoordinasi dengan semua pihak," kata Dudy di Gedung DPR, Kamis (23/1).Dudy mengaku belum mendiskusikan lebih lanjut terkait pembukaan banyak pemasok atau multiprovider avtur di bandara. Harga avtur lokal yang lebih tinggi 43% dari negara lain di Asia Tenggara disinyalir akibat monopoli oleh PT Pertamina Patra Niaga.
Namun, ia mengatakan Pertamina telah berkontribusi menurunkan harga avtur selama Nataru 2024/2025 sebesar 7%. Pada saat yang sama, Dudy mengakui avtur merupakan komponen terbesar dalam struktur harga tiket pesawat di dalam negeri.
PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan harga avtur berkontribusi hingga 35% dari harga tiket pesawat. Dudy belum memastikan pengurangan harga avtur oleh Pertamina pada Nataru 2024/2025 telah menekan angka tersebut ke bawah 30% atau tidak.
"Yang pasti Pertamina ikut berpartisipasi dalam menurunkan harga tiket menjadi 10% lebih rendah dari kondisi normal," katanya.
Selain avtur, Dudy berencana meningkatkan efisiensi operator bandara. Salah satu strategi yang akan diterapkan adalah optimalisasi Terminal 1 dan Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Mudik Lebaran 2025.
Dudy mencatat, optimalisasi kedua terminal tersebut dapat mengurai kepadatan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta. Alhasil, biaya yang harus dikeluarkan maskapai di bandara dapat lebih ringan."Optimalisasi terminal ini harapannya akan berdampak pada biaya yang dikeluarkan maskapai. Dengan demikian, kami berupaya menjaga harga tiket pesawat menjadi lebih terjangkau lagi," ujarnya.
Pengamat penerbangan Alvin Lie sebelumnya mendorong pemerintah untuk mengkaji ulang retribusi bandara dalam bentuk Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara atau PJP2U. Besaran retribusi tersebut terlalu tinggi akibat inefisiensi desain bandara di dalam negeri.Alvin mencontohkan PJP2U untuk penggunaan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang kini mencapai Rp 168 ribu per penumpang. Biaya ini berkontribusi hampir 20% dalam tiket penerbangan senilai Rp 800 ribu per orang. "Retribusi yang dikeluarkan maskapai untuk bandara perlu dikaji ulang, karena PJP2U di sebagian bandara sudah terlalu mahal," ujarnya.
Reporter: Andi M. Arief