Menteri ESDM: Pupuk Kaltim dan industri ekspor tak dapat gas murah

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan industri yang berorientasi ekspor, termasuk ...

Menteri ESDM: Pupuk Kaltim dan industri ekspor tak dapat gas murah
Total potensi pendapatan negara dari sektor hulu migas yang hilang dari HGBT mencapai Rp87 triliun

Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan industri yang berorientasi ekspor, termasuk Pupuk Kaltim, tidak mendapatkan harga gas murah melalui skema harga gas bumi tertentu (HGBT).

"(HGBT) tidak berlaku untuk bahan baku hasil hilirisasi yang untuk ekspor. Nggak berlaku," ucap Bahlil setelah menghadiri konferensi pers bertajuk "Capaian Sektor ESDM Tahun 2024 dan Rencana Kerja Tahun 2025" di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin.

Sebab, lanjut dia, HGBT tersebut sifatnya untuk memberikan dukungan industrialisasi dalam negeri.

"Ada pendapatan negara yang seharusnya diterima, tetapi tidak dipungut dalam rangka menciptakan nilai tambah di dalam negeri, hilirisasi," ucapnya.

Ia menyinggung total potensi pendapatan negara dari sektor hulu migas yang hilang dari HGBT mencapai Rp87 triliun.

"Jadi, HGBT itu bukan berarti negara tidak kasih duit. Itu ada potensi negara yang tidak dipungut untuk memberikan sweetener kepada perusahaan agar dia menopang industri hilirisasinya," ucap Bahlil.

Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga menyampaikan bahwa dalam rapat terbatas, harga HGBT sudah diputuskan naik, tidak lagi 6 dolar AS per MMBTU. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh harga gas dunia sedang naik.

Harga gas untuk listrik, kata dia, maksimal 7 dolar AS per MMBTU. Sedangkan, HGBT untuk bahan baku industri maksimal 6,5 dolar AS per MMBTU.

Walaupun demikian, ia memastikan penerima HGBT tetap untuk tujuh sektor industri, yaitu industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet.

Sebelumnya, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan kenaikan HGBT dari 6 dolar AS per MMBTU menjadi 7 dolar AS per MMBTU diperkirakan tidak berdampak signifikan bagi industri.

"Tapi, bagi industri, yang penting itu adalah stabilitas pasokannya dan stabilitas harga, kalau naik harga sedikit sebenarnya sih tidak terlalu signifikan," ujarnya.

Menurut dia, selama ini, pelaku industri justru mengeluhkan HGBT yang mengalami kenaikan harga pada jam-jam tertentu.

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025