Momen Jokowi dan Prabowo Berkelakar Soal Cawe-cawe di Pernikahan Putra Hatta Rajasa

Terekam momen ketika Prabowo Subianto dan Jokowi sedang berbincang mengenai arti cawe-cawe.

Momen Jokowi dan Prabowo Berkelakar Soal Cawe-cawe di Pernikahan Putra Hatta Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden menghadiri pernikahan putra politikus PAN Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, dengan cucu dari Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, Tamara Kalla, pada Sabtu, 1 Februari 2025. 

Pernikahan yang digelar di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Pusat itu dihadiri juga oleh Presiden ke-7 Jokowi dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Dilihat melalui story Instagram Jokowi, terekam momen ketika Prabowo Subianto dan Jokowi sedang berbincang mengenai arti cawe-cawe.

Mulanya, Prabowo Subianto mengungkapkan keinginanya untuk mengunjungi kediaman Jokowi di Solo."Masalahnya apa ini. Saya mau mampir ke Solo," ucap Ketua Umum Gerindra ini dalam story Instagram Jokowi yang dipantau pada Sabtu, 1 Februari 2025 itu. 

Ucapan Prabowo kemudian dibalas oleh Jokowi. Jokowi mengatakan, bila Prabowo mengunjungi akan dianggap sebagai cawe-cawe. "Mau apa ampir ke Solo? Beliau (Prabowo) mau cawe-cawe, bukan saya mau cawe-cawe," kata Jokowi. 

Kelakar Jokowi membuat Prabowo dan sejumlah pejabat yang hadir tertawa. Prabowo lantas bertanya arti cawe-cawe ke Jokowi. 

"Cawe-cawe bahasa apa Pak? Bahasa Jawa," tanya Prabowo ke Jokowi. 

"Bahasa Jawa. Ikut-ikutan, masih ingin ikut-ikutan," balas Jokowi.

Setelah itu, Prabowo bergurau ingin bertemu atau cawe-cawe dengan SBY. Jokowi membalasnya. Dia mengatakan, cawe-cawe dengan SBY diperbolehkan namun dengan dirinya tidak boleh. 

"Ke Pak SBY boleh, kalau ke saya nggak boleh," kata Jokowi.

"Ke Bapak nggak boleh? Ah bekas panglima saya kok," ujar Prabowo.

Berdasarkan sejumlah laporan Tempo, Jokowi memang tercatat melakukan cawe-cawe pada berbagai momen. Salah satunya, Jokowi cawe-cawe dalam meloloskan putranya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden melalui putusan MK. 

Tidak hanya itu, pada akhir masa jabatannya, Jokowi justru gencar bermanuver hingga cawe-cawe ikut menentukan pemerintahan Prabowo kelak. Salah satunya menyorongkan empat nama orang kepercayaannya sebagai menteri di kabinet Prabowo.

Selain nama-nama menteri, Jokowi juga coba menyetir anggaran tahun depan agar Prabowo melanjutkan program dan kebijakannya, terutama membangun Ibu Kota Nusantara. Di akhir masa jabatannya, Jokowi berambisi memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Penajem di Kalimantan Timur. Belakangan, pemindahan itu bermasalah karena ibu kota baru belum siap. Investor juga tak banyak, pembangunan infrastruktur juga bermasalah.

Untuk memuluskan semua keinginannya itu, Jokowi kabarnya mendorong Majelis Permusyawaratan Rakyat menghapus nama Soeharto dalam Ketetapan MPR tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penghapusan itu bisa membuka jalan bagi pemerintah memberi gelar pahlawan nasional kepada penguasa Orde Baru itu. Pada 2014, Prabowo mengusulkan agar mantan mertuanya itu mendapatkan penghargaan.