Nato Tekan Ukraina untuk Duduk Bersama Rusia dalam Perundingan
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ukraina harus "terlibat erat dalam segala hal yang terjadi di Ukraina," kata Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte pada Kamis. "Sangat penting - kami berbicara...
![Nato Tekan Ukraina untuk Duduk Bersama Rusia dalam Perundingan](https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/_240929205752-997.png)
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepolisian Ukraina, sebuah rumah apartemen yang rusak terlihat setelah Rusia menyerang kota tersebut dengan bom berpemandu pada malam hari di Zaporizhzhia, Ukraina, Ahad, 29 September 2024.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ukraina harus "terlibat erat dalam segala hal yang terjadi di Ukraina," kata Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte pada Kamis. "Sangat penting - kami berbicara tentang Ukraina - bahwa mereka terlibat erat dalam segala hal yang terjadi di Ukraina," kata Mark Rutte kepada wartawan pada pertemuan para menteri pertahanan di Brussels.
Sekjen itu menekankan bahwa hasil pembicaraan yang mungkin terjadi harus "berkelanjutan" untuk mencegah terjadinya agresi di masa mendatang.
Para menteri juga akan membahas pengeluaran militer, kata Rutte, seraya menambahkan: "Kami tidak memproduksi cukup banyak, dan ini adalah masalah kolektif."
"Kami harus mengeluarkan lebih banyak uang, bukan hanya karena AS mengharapkan hal itu … tetapi juga karena kita tahu ancaman dari Rusia dan musuh-musuh lainnya semakin meningkat," tegas Rutte.
Presiden Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (12/2) mengatakan bahwa dia telah melakukan "percakapan yang bermakna" dengan Presiden AS Donald Trump dan "membicarakan peluang untuk mencapai perdamaian."
Trump juga berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang mendukung pandangannya bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk "bekerja sama."
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris John Healey mengatakan: "Kami telah melihat seruan dari Presiden Trump tadi malam, dan kami semua ingin melihat perdamaian yang langgeng dan tidak ada lagi konflik dan agresi."
Healey menekankan bahwa "Rusia tetap menjadi ancaman yang jauh melampaui Ukraina," dan bahwa tidak ada perundingan perdamaian yang dapat dilakukan "tentang Ukraina tanpa Ukraina, dan suara Ukraina harus menjadi inti dari setiap perundingan."
Loading...
sumber : Antara