Pakar Israel Sindir Rencana Trump Pindahkan Warga Gaza: Mimpi yang Tak Realistis

Rencana Presiden AS Donald Trump memindahkan penduduk Gaza dikritik oleh Avi Issacharoff, seorang jurnalis Israel sekaligus pakar kajian Palestina.

Pakar Israel Sindir Rencana Trump Pindahkan Warga Gaza: Mimpi yang Tak Realistis

TRIBUNNEWS.COM – Rencana Presiden (AS), , memindahkan penduduk Jalur Gaza dikritik oleh Avi Issacharoff, seorang jurnalis sekaligus pakar kajian Palestina.

Dalam tulisannya di Yedioth Ahronoth yang terbit pada Kamis (6/2/2025), Issacharoff secara tegas menyebut rencana Trump itu hanya "mimpi yang tidak realistis".

Menurut dia, rencana Trump juga memunculkan "fantasi" bagi banyak warga .

"Kenyataan harus disampaikan, pastinya setelah pembunuhan pada tanggal 7 Oktober, banyak orang di ingin melihat Gaza diratakan, warga Palestina yang tingga di sana pergi dan Gaza yang selama puluhan tahun menjadi wilayah musuh itu akan menjadi resor pantai Amerika yang maju," kata Issacharoff.

"Itu akan jadi impian, hanya saja ada satu masalah. Itu tidak realistis, tak mungkin terjadi atau dilakukan."

Dia mengatakan rencana itu mungkin hanya aksi Trump untuk menunjukkan seberapa jauh dia bisa berpikir di luar kebiasaan.

"Atau mungkin itu sikap keras untuk menghadapi , tetapi pada akhirnya itu bukan rencana untuk dijalankan."

Jurnalis itu mengklaim tidak akan ada negara Arab yang bersedia bekerja sama untuk mewujudkannya. Bahkan, negara Arab yang moderat telah menentang keras.

"Tidak ada pejabat Palestina yang akan bekerja sama untuk mengupayakan rencana Trump yang mirip dengan Nakba, ‘bencana tahun 1948’ ketika ratusan ribu warga Palestina pergi atau diusir dari negara yang baru berdiri," ujar dia.

"Yordania, Mesir, Arab Saudi, dan bahkan Uni Emirat Arab menentang rencana itu dan respons keras segera muncul. Otoritas Palestina sejalan dengan pula dan mengumumkan penolakannya atas rencana itu."

Menurut dia, rencana Trump mungkin memang bisa dianggap logis atau bahkan realistis dari sudut pandang Barat.

Baca juga:

Issacharoff menyebut kini sebagian besar wilayah Gaza tidak bisa ditinggali. Meski demikian, para pemimpin masih mengontrol Gaza.

Kata dia, ancaman Trump bisa berhasil di negara seperti Kolombia dan Kanada, tetapi akan gagal jika diarahkan kepada para "islamis radikal".

Issacharoff ragu, pengumuman dari Trump tentang pemindahan warga Palestina itu bisa mempercepat perundingan gencatan senjata tahap dua.