Pemilu Dini Jerman 2025: Kandidat Kanselir CDU Serang AfD
Kandidat kanselir Jerman dari partai CDU, Friedrich Merz, terang-terangan menjauhkan diri dan partainya dari AfD yang berhaluan ekstremkanan,…
Friedrich Merz, pemimpin oposisi dari Partai Kristen Demokrat (CDU) yang berhaluan konservatif dan kandidat kanselir Jerman dalam pemilu dini (23/2) mendatang, berupaya secara eksplisit menjauhkan diri dan partainya dari Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) yang berhaluan ekstremkanan.
Merz meyakinkan para pemilih, ia tidak akan bekerja sama dengan AfD di masa mendatang.
"Dan warga negara juga tidak perlu ragu, karena pesan saya selalu sangat jelas: kami tidak bekerja sama dengan partai itu. Tidak minggu lalu, dan tidak akan terjadi minggu ini, minggu depan, atau minggu setelah itu. Kami tidak akan menoleransi mereka, kami tidak mengadakan pembicaraan apa pun dengan AfD," kepada kepala editor politik DW, Michaela Kuefner, di sela-sela konferensi terakhir partai CDU menjelang pemilu Jerman 23 Februari mendatang.
Ada apa antara CDU dan AfD?
Pada Rabu 29 Januari lalu, CDU dinilai telah melanggar konvensi arus utama politik Jerman selama puluhan tahun, ketika partai ini mengandalkan suara AfD untuk meloloskan rancangan undang-undang pengetatan imigrasi melalui majelis rendah parlemen Jerman, Bundestag.
CDU juga memperoleh dukungan suara dari Partai Liberal Demokrat (FDP) yang ramah bisnis dan partai populis sayap kiri Bündnis Sahra Wagenknecht (BSW). Namun AfD adalah partai yang paling besar mendukung RUU ini. AfD oleh sebagian badan intelijen Jerman disebut "ekstremis".
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Pada hari Jumat (31/01), proposal untuk membatasi masuknya imigran ke Jerman ditolak di parlemen dengan suara mayoritas tipis. Banyak anggota parlemen CDU abstain atau tidak memberikan suaranya dalam pemungutan suara di parlemen, sebagai aksi penentangan terhadap manuver politik Merz.
Desakan Merz agar parlemen Jerman melakukan voting tentang masalah imigrasi telah memicu ratusan ribu warga Jerman turun ke jalan di berbagai kota di seluruh negeri.
Dalam protes itu, massa menuding Merz telah melanggar apa yang dianggap sebagai ‘firewall' yakni sebuah kesepakatan di antara partai-partai lain untuk tidak bekerja sama dengan partai-partai ekstremkanan seperti AfD.
Kesepakatan ini berangkat dari pengalaman Jerman dengan partai Nazi dan kebangkitannya ke tampuk kekuasaan dalam sistem demokrasi.
Merz menegaskan CDU tidak berniat bekerja sama dengan partai AfD yang menurutnya ingin "menghancurkan" CDU.
"AfD memperjuangkan hal yang bertolak belakang dengan semua hal yang penting bagi kami: NATO, hubungan dengan Barat, Uni Eropa, Euro. AfD ingin menyingkirkan semua hal," katanya.
Namun selain diprotes warga, Merz juga malah secara terbuka diejek oleh pemimpin AfD Alice Weidel setelah gagalnya pelolosan RUU tersebut. Weidel mengatakan Merz "tidak bisa menjadi kanselir, dia tidak dapat menjadi kandidat kanselir."
Merz: Jerman masih bisa berpengaruh di UE di era Trump
Dalam wawancara dengan DW, Merz juga menegaskan kembali seruan untuk persatuan dan kerja sama Uni Eropa (UE) dalam menanggapi tantangan ekonomi apa pun yang mungkin ditimbulkan oleh Presiden AS Donald Trump.