Penyanyi Pop Iran Dijatuhi Hukuman Mati atas Tuduhan Penistaan Agama
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengadilan Iran menjatuhkan hukuman mati kepada penyanyi pop, Amir Hossein Maghsoudloo, yang dikenal dengan nama panggung Tataloo, setelah ia dinyatakan bersalah atas tuduhan penistaan agama. Menurut...
Kasus penistaan agama (ilustrasi). Pengadilan Iran menjatuhkan hukuman mati kepada penyanyi pop, Tataloo, setelah dinyatakan bersalah atas kasus penistaan agama.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengadilan Iran menjatuhkan hukuman mati kepada penyanyi pop, Amir Hossein Maghsoudloo, yang dikenal dengan nama panggung Tataloo, setelah ia dinyatakan bersalah atas tuduhan penistaan agama. Menurut laporan dari surat kabar lokal Etemad, Mahkamah Agung Iran menerima keberatan jaksa atas hukuman lima tahun penjara yang sebelumnya dijatuhkan.
Kasus tersebut kemudian dibuka kembali, dan kali ini terdakwa dijatuhi hukuman mati karena menghina Nabi Muhammad SAW. Namun demikian, seperti dilansir laman NME, Senin (20/1/2025), putusan tersebut belum final dan masih dapat diajukan banding.
Tataloo dilaporkan telah menetap di Istanbul sejak 2018 setelah beberapa kali ditangkap oleh otoritas Iran dan gagal mendapatkan lisensi kegiatan musik dari Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam. Lalu pada bulan Desember 2023, polisi Turki menyerahkannya ke Iran dan ditahan sejak saat itu.
Selain tuduhan penistaan agama, Tataloo juga sebelumnya dijatuhi hukuman penjara 10 tahun atas tuduhan mempromosikan prostitusi dan terlibat dalam kasus lain, seperti menyebarkan propaganda melawan Republik Islam dan menerbitkan konten yang dianggap tidak senonoh. Penyanyi underground yang dikenal dengan penampilan tubuh penuh tato ini merilis album debutnya bertajuk Zire Hamkaf pada 2011. Sejak saat itu, ia telah merilis 21 album, termasuk Fereshteh pada 2021, yang membuatnya menjadi musisi Iran pertama yang berkolaborasi dengan Universal Music Group.
Menariknya, Tataloo sebelumnya pernah dimanfaatkan oleh politisi konservatif yang berusaha menjangkau kaum muda liberal Iran. Pada 2017, ia mengadakan pertemuan di televisi dengan presiden konservatif Iran Ebrahim Raisi, dan pada 2015, ia merilis sebuah lagu untuk mendukung program nuklir Iran.