Perbaikan Smelter Masih Berjalan, Freeport Optimistis Dapat Relaksasi Ekspor
Berdasarkan rencana perbaikan smelter Freeport, perkiraan ramp-up (peningkatan) operasi dapat dimulai pada akhir semester pertama 2025.
![Perbaikan Smelter Masih Berjalan, Freeport Optimistis Dapat Relaksasi Ekspor](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2025/02/06/2025_02_06-18_48_00_55bfddf2-e490-11ef-afd5-07983bf3bef5_960x640_thumb.jpg)
Proses perbaikan fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) tembaga milik PT Indonesia di Java Integrated Industrial and Ports Estate, Gresik, Jawa Timur, masih berjalan. Perusahaan sedang mempercepat pemasangan peralatan pengganti.
“Kami menggunakan moda transportasi udara pesawat kargo sebagai alternatif pengiriman yang lebih cepat dibandingkan transportasi laut,” kata VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati kepada Katadata.co.id pada Rabu malam (13/2).
Berdasarkan rencana perbaikan smelter yang terbakar pada Oktober lalu tersebut, perkiraan ramp-up (peningkatan) operasi dapat dimulai pada akhir semester pertama 2025.
Pascakebakaran, Freeport mengajukan perpanjangan atau relaksasi ekspor konsentrat tembaga. Hal ini karena hasil tambang perusahaan dari papua tidak bisa diolah di smelter.
Freeport saat ini masih berdiskusi dengan pemerintah terkait perpanjangan relaksasi. “Kami meyakini pemerintah akan mengakomodir rencana tersebut sehubungan dengan keadaan kahar yang terjadi di smelter PTFI pada Oktober 2024 lalu,” ujarnya.
Induk usaha PTFI, Freeport McMoran (FCX), melaporkan akan mengekspor konsentrat tembaga pada kuartal pertama 2025. Hal ini disebabkan smelter yang dibangun dengan investasi sekitar US$ 3 miliar (sekitar Rp 49 triliun) masih dalam perbaikan.
FCX juga menyatakan kesiapannya membayar bea keluar sebesar 7,5% untuk ekspor konsentrat tembaga selama 2025. Dalam laporan tahunan 2024, PTFI memperkirakan biaya restorasi, perbaikan, dan penggantian untuk smelter mencapai sekitar $ 100 juta atau Rp 1,63 triliun. Biaya tersebut sebagian besar diharapkan dapat diimbangi melalui pemulihan melalui program asuransi konstruksi.
Syarat Persetujuan Relaksasi Ekspor Freeport
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan pemerintah dapat menyetujui perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga pada 2025 yang diajukan Freeport. Namun, ada persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan.
“Boleh saya kasih izin (perpanjangan) tapi dia harus teken kapan perbaikan (smelter) ini selesai. Supaya kita fair,” kata Bahlil pada Selasa lalu.
Oemerintah menginginkan percepatan waktu perbaikan smelter. Jika batas atau target perbaikan sudah ditetapkan, pembahasan relaksasi dapat diproses pemerintah. “Dapat kami laporkan dalam rapat terbatas dengan Menteri Koordinator, Menteri teknis, dan melaporkan kepada Bapak Presiden,” ujarnya.
Pemerintah sebetulnya telah membahas terkait masalah ini dalam Rapat Kebijakan Ekspor Konsentrat Tembaga PTFI di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 7 Februari lalu. Rapat ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Kementerian Perdagangan mendukung rencana perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga untuk PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga Desember 2025. Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menyatakan dukungan tersebut diberikan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari analisis biaya dan manfaat, dampaknya terhadap sisi hulu, serta efek sosial dan ekonomi.
"Namun tetap memperhatikan keberlanjutan kebijakan pemerintah terkait hilirisasi sumber daya alam,” ujar Dyah dalam keterangan resmi pada Senin lalu.