Perspektif Ahli Soal Tantangan Global dalam Pemenuhan Gizi Anak

Perspektif Ahli Soal Tantangan Global dalam Pemenuhan Gizi Anak. ????Nutrition Officer dari UNICEF, Nike Frans mengungkapkan bahwa satu dari tiga anak di dunia mengalami malnutrisi. Menurutnya, pemberian makanan bergizi pada anak masih menjadi tantangan besar. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Perspektif Ahli Soal Tantangan Global dalam Pemenuhan Gizi Anak

Surabaya ( – Nutrition Officer dari UNICEF, Nike Frans mengungkapkan bahwa satu dari tiga anak di dunia mengalami malnutrisi. Menurutnya, pemberian makanan bergizi pada anak masih menjadi tantangan besar.

Ia menyebutkan, dunia saat ini masih dihadapkan pada dua masalah besar terkait gizi anak, yakni stunting (kekurangan gizi kronis) dan wasting (kekurangan gizi akut), terutama pada balita. Di sisi lain, tren obesitas pada anak juga meningkat, diikuti dengan angka anak yang menderita anemia.

“Situasi global masih dihadapkan dengan masalah-masalah seperti stunting dan wasting. Namun di saat bersamaan juga dihadapkan pada meningkatnya status balita dengan obesitas dan anemia,” kata Nike di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), ditulis Jumat (7/2/2025).

Nike mengutip penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa satu dari tiga anak di dunia mengalami malnutrisi. Malnutrisi tidak hanya mencakup kekurangan gizi, tetapi juga kelebihan gizi.

Di Indonesia, angka anak yang lahir dengan kondisi stunting cukup tinggi, yakni satu dari lima anak. Oleh karena itu, Nike menegaskan pentingnya pemenuhan gizi yang baik sejak dalam kandungan agar dapat mencegah masalah kesehatan jangka panjang pada anak.

“Di Indonesia, kasus anak yang lahir dengan keadaan stunting itu sangat tinggi, satu dari lima anak, lahir stunting,” bebernya.

Senada, Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Meta Herdiana Hanindita, menekankan bahwa 1000 hari pertama kehidupan adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat, yang sering disebut sebagai ‘golden period’ atau jendela kesempatan.

Pada periode ini, otak anak berkembang sangat cepat, termasuk bagian-bagian penting seperti pendengaran, penglihatan, dan kemampuan kognitif lainnya.

Dr. Meta menambahkan bahwa nutrisi yang baik pada periode awal kehidupan tidak hanya memengaruhi perkembangan fisik, seperti massa otot dan komposisi tubuh, tetapi juga memengaruhi sistem metabolisme yang akan berdampak seumur hidup. Oleh karena itu, pemberian gizi yang tepat di awal kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak.

“Nutrisi pada periode awal kehidupan itu sangat penting, karena bukan hanya berdampak pada saat itu namun seumur hidup,” jelasnya.

Sedangkan perwakilan dari UPT Labkesda Jawa Timur, Ni Luh Putu Ayu Putri Sariningrat, juga mengungkapkan pentingnya makanan bergizi dengan komponen yang lengkap untuk pemenuhan kebutuhan gizi anak.

Putri menjelaskan bahwa ada 8 kategori makanan yang penting untuk makanan pendamping ASI (MPASI), yaitu karbohidrat dari beras atau umbi-umbian, ASI, produk susu, buah dan sayur kaya vitamin A, protein hewani, kacang-kacangan, serta telur.

Selain itu, Putri juga mengingatkan pentingnya masa tumbuh kembang anak prasekolah dan sekolah. Pada masa ini, anak-anak akan mulai aktif bertanya dan beraktivitas lebih banyak, sehingga kebutuhan gizi mereka semakin meningkat.

Memantau berat badan anak dan memastikan mereka mendapatkan asupan gizi seimbang adalah langkah penting untuk mencegah masalah gizi, termasuk obesitas. “Semakin dewasa, kebutuhan nutrisinya juga semakin besar,” katanya.

Putri juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi konsumsi makanan anak. Mengingat pepatah yang mengatakan, “Kamu adalah apa yang kamu makan,” peran orang tua sangat krusial dalam memastikan anak-anak mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi.

Dengan pemahaman ini, para ahli sepakat bahwa upaya pemenuhan gizi yang optimal harus dimulai sejak kehamilan dan terus berlanjut sepanjang kehidupan anak untuk memastikan masa depan yang lebih sehat. [ipl/aje]