Ratusan Sopir Truk Kontainer Demo Kantor Pelindo, Keluhkan Premanisme dan Biaya Gate Pass
Pelindo mengeluhkan kemacetan, biaya tambahan hingga praktik premanisme di Pelabuhan Tanjung Priok.
![Ratusan Sopir Truk Kontainer Demo Kantor Pelindo, Keluhkan Premanisme dan Biaya Gate Pass](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Demo-sopir-truk-kontainer-OK.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan mendemo PT Pelabuhan Indonesia atau mengeluhkan kemacetan, biaya tambahan hingga praktik premanisme di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sebanyak 300 dari (KB-SI) berunjuk rasa di depan pelabuhan peti kemas NPCT-1, dan kantor di Tower.
Koordinator aksi Ilhamsyah mengatakan tuntutan para sopir yakni mendesak segera membereskan kemacetan di beberapa titik vital pelabuhan peti kemas yang dinilai merugikan para sopir.
Penyebab kemacetan antara lain karena proses bongkar muat pelabuhan yang lambat, akses masuk yang tidak memadai, serta kurangnya area parkir di dalam pelabuhan.
Penyebab lainnya, minimnya fasilitas istirahat untuk sopir dan toilet umum, serta penerapan biaya baru seperti gate pass tanpa sosialisasi memadai kepada para sopir.
Sopir juga keluhkan banyaknya aksi premanisme ketika terjadi kemacetan di sekitar kawasan pelabuhan.
“Kebijakan-kebijakan ini merugikan para sopir, dan tingkat keamanan pelabuhan yang rendah atas aksi premanisme dan menyebabkan ekonomi biaya tinggi di pelabuhan.
"Kualitas pelayanan di Pelabuhan Tanjung Priok menjadi semakin tidak kompetitif,” ujar Ilhamsyah saat demo sopir truk di Tower, Selasa (11/2/2025).
Menurut Ilham, para sopir kontainer juga mengeluhkan penerapan biaya atas pemberlakuan sistem gate pass di pelabuhan.
Seharusnya truk yang masuk ke pelabuhan tidak dikenakan biaya gate pass karena sudah termasuk dalam komponen biaya terminal.
Mereka merasa keberatan harus mengeluarkan tambahan biaya Rp13ribu-Rp20 ribu.
“Untuk memenuhi ritase harian saja sulit karena kemacetan parah pelabuhan. Ini ditambah dengan biaya-biaya baru pelabuhan,” ujar Ilham.
Baca juga:
Menurut Ilham efek negatif lain dari kemacetan parah di pelabuhan yakni meningkatnya biaya BBM yang harus ditanggung sopir, risiko kecelakaan tinggi akibat kelelahan, tekanan dari perusahaan, dan memburuknya kondisi kesehatan fisik serta mental.
“Hidup sopir kontainer sudah benar-benar sulit namun aspirasinya diabaikan oleh . Makanya kami melakukan aksi hari ini untuk menuntut keadilan bagi teman-teman sopir kontainer,” ujar Ilhamsyah. (tribunnews/eko sutriyanto)