Sambut Ramadhan, Santri di Cirebon Gelar Tradisi Main Sepak Bola Api dan Mandi Petasan
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Bulan suci Ramadhan segera tiba. Sejumlah tradisi pun digelar di sejumlah daerah untuk menyambut kehadiran bulan suci tersebut. Tradisi itu salah satunya dilakukan para santri Pondok Pesantren Ciwaringin, Kabupaten Cirebon....
![Sambut Ramadhan, Santri di Cirebon Gelar Tradisi Main Sepak Bola Api dan Mandi Petasan](https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/tradisi-sepak-bola-api-digelar-oleh-para-santri-pondok_250213183948-403.jpg)
Tradisi sepak bola api digelar oleh para santri Pondok Pesantren Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, untuk menyambut bulan suci Ramadhan 1446 H/2025 M.
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Bulan suci Ramadhan segera tiba. Sejumlah tradisi pun digelar di sejumlah daerah untuk menyambut kehadiran bulan suci tersebut.
Tradisi itu salah satunya dilakukan para santri Pondok Pesantren Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Untuk menyambut bulan suci Ramadhan, mereka menggelar tradisi pertandingan sepak bola api dan mandi petasan, Selasa (11/2/2025) malam.
Dalam pertandingan sepak bola api, para santri memainkan bola api layaknya bermain sepak bola biasa. Mereka menggiring, menendang, memegang dan melemparkan bola api yang menyala layaknya bola biasa. Sedangkan dalam atraksi mandi petasan, tubuh dari sejumlah santri dililiti oleh banyak petasan. Selanjutnya, petasan itu dinyalakan dengan diiringi teriakan takbir.
Salah seorang santri yang turut serta dalam tradisi itu, Faizul Kurnain menjelaskan, ia dan teman-temannya sebelumnya telah menjalani latihan dan persiapan yang matang. Ia pun mengaku mantap melakukan atraksi itu dengan diiringi doa para kyainya.
"Alhamdulillah tidak terasa panas, mungkin karena kami sudah didoakan oleh para kyai. Jadi lebih tenang dan siap menghadapi atraksi ini. Kami berserah diri kepada Allah SWT," katanya.
Sementara itu, menurut KH Marzuki Ahal, selaku pembina sepak bola api santri, tradisi itu bukan sekadar pertunjukan biasa. Ia menyatakan, tradisi tersebut memiliki sejarah panjang yang telah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.
"Kegiatan ini untuk menyambut bulan suci Ramadhan, sekaligus melestarikan budaya orang–orang dulu ketika melawan Belanda. Dulu itu menggunakan batu, kemudian dengan api, sebelum diterjunkan ke medan perang. Permainan ini sudah dilakukan sejak zaman Belanda, dari orang-orang tua kita," katanya.
Untuk mengikuti tradisi tersebut, kata dia, para santri diharuskan berpuasa selama 21 hari. Dalam menjalankan puasa tersebut, makanan untuk mereka berbuka dan sahurnya tidak boleh sesuatu yang ada ruhnya. Kegiatan yang telah rutin digelar setiap tahun itupun menyedot perhatian ribuan warga. Mereka antusias menyaksikan atraksi api spektakuler yang dimainkan oleh para santri dengan penuh keberanian.