Soal Efisiensi, Amran: Kami Terbiasa Kelola Anggaran Terbatas tapi Hasil Optimal
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memberikan tanggapan terkait rencana efisiensi anggaran sesuai Instruksi Presiden (Inpres). Kebijakan tersebut tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi...
![Soal Efisiensi, Amran: Kami Terbiasa Kelola Anggaran Terbatas tapi Hasil Optimal](https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/menteri-pertanian-andi-amran_250208083400-929.jpg)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi memberikan tanggapan terkait rencana sesuai Instruksi Presiden (Inpres). Kebijakan tersebut tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dan Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025.
“Kami sudah terbiasa mengelola anggaran terbatas tapi hasil optimal. Tapi, doakan semoga (anggaran) tidak dikurangi,” kata Amran saat rapat kerja bersama Komite II DPD RI di Gedung DPD RI, Jakarta Pusat, pada Senin (10/2/2025).
Namun jika terjadi pemotongan anggaran, Mentan memastikan program pencapaian tidak akan terhambat. "Jangan karena anggaran semua terhambat. Apapun yang terjadi tidak masalah, yang penting swasembada tercapai,” ujarnya, tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian (Kementan), dikutip Selasa (11/2/2025).
Menurut Amran, efisiensi anggaran bukan hal baru di Kementan. Pada 2024, ia sudah melakukan refocusing anggaran untuk program prioritas dalam rangka peningkatan produksi padi nasional.
“Kami sudah lakukan terlebih dahulu di 2024. Kami refocusing Rp1,7 triliun untuk pompa, benih, alsintan, program oplah, dan sebagainya. Kami pangkas perjalanan dinas, rehab gedung, gunting pita seremonial,” jelasnya.
Mentan menekankan pada refocusing tersebut, sumber daya manusia (SDM) dan kolaborasi dikerahkan sehingga anggaran yang ada dapat memberikan hasil yang tetap optimal.
"Saat itu terjadi El Nino, La Nina. Sempat shortage di awal tahun 2024. Tapi alhamdulillah, anggaran terbatas tapi kita mampu menaikkan produksi secara signifikan dan menyelamatkan pangan,” ujar Amran.
Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (National Food Agency), Sarwo Edhy turut menjawabi isu ini, saat berbicara dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian bertajuk "Menyongsong Swasembada Pangan 2027".
"Intinya ada pemangkasan atau tidak, yang penting semangat. Semangat kerja, semangat menyelesaikan tugas dengan baik, sesuai dengan program dan kegiatan yang telah ditetapkan," kata tokoh kelahiran Brebes itu, di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2025).
Ia menilai yang terpenting pemangkasan anggaran ini tidak menyentuh beberapa bagian pokok terkait upaya peningkatan produksi pertanian. Anggaran subsidi pupuk tak tersentuh. Artinya tetap seperti di awal, setelah dinaikkan oleh Presiden Prabowo.
Begitu juga dengan irigasi. Saat ini, pemerintah membenahi infrastruktur irigasi di lapangan. Sejauh ini, menurut Sarwo, berjalan lancar.
"Artinya, semangatnya tetap semangat swasembada. Jadi tidak ada pengaruhnya, menurut saya. Saya pribadi, sepanjang itu sudah ditetapkan oleh pemerintah, berapapun anggaran yang tersedia, tetap jalan," ujar Sestama NFA ini.
Dalam diskusi tersebut, ia menyuarakan optimisme menuju swasembada pangan, terutama komoditas beras. Saat ini, stok awal beras di tahun 2025, sebanyak 8,14 juta ton. Perkiraan produksi 2025 sekitar 32,29 juta ton. Kebutuhan per tahun, menyentuh angka 2,58 juta ton.
Artinya, dengan statistik tersebut, Indonesia bisa surplus komoditas beras. Jika ini berjalan sesuai rencana, sudah pasti terbebas dari impor di tahun 2025. Bahkan akan surplus 9,97 juta ton di penghujung tahun.
Meski demikian, Sarwo mengakui ada banyak tantangan untuk pengembangan sektor pertanian. Dimulai dari jumlah penduduk yang terus meningkat, alih fungsi lahan pertanian, perubahan iklim, keterbatasan ketersediaan air, gangguan OPT (organisme penggangu tanaman), Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas rendah, serta keterbatasan infrastruktur irigasi.