Agenda 3 Kunjungan Erdogan ke Indonesia 10 Tahun Terakhir

Kunjungan Presiden Turki Erdogan ke Indonesia menemui Presiden Prabowo didasari adanya agenda pembahasan HLSCC. Berapa kali Erdogan ke Indonesia?

Agenda 3 Kunjungan Erdogan ke Indonesia 10 Tahun Terakhir

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip dalam beberapa kesempatan mengunjungi Indonesia untuk bertemu dengan Presiden Republik Indonesia selama 10 tahun belakang. Dalam kunjungannya tersebut, Erdogan memiliki agenda penting untuk dibahas yang menyangkut kepentingan politik luar negeri Turki dengan Indonesia.

  1. Kunjungan Pembahasan HLSCC

Presiden Erdogan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 11 hingga 12 Februari 2025. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Erdogan akan mengadakan pertemuan dengan Presiden di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Kunjungan Erdogan tersebut dilakukan untuk pertama kali sejak Prabowo menjabat menjadi Presiden RI sejak 2024 lalu.

Menurut Roy Soemirat selaku Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, kunjungan tersebut memiliki agenda penting, termasuk pertemuan bilateral dan pelaksanaan perdana High-Level Strategic Cooperation Council (HLSCC). HLSCC adalah mekanisme kerja sama bilateral tertinggi yang langsung dipimpin oleh kepala negara, yakni Erdogan dari pihak Turki dan Prabowo dari pihak Indonesia. Forum tersebut dapat menjadi wadah strategis untuk membahas serangkaian isu strategis yang menjadi perhatian kedua negara.

“HLSCC adalah forum bilateral reguler tertinggi yang dipimpin langsung oleh kepala negara, sehingga semua isu strategis dapat dibahas secara komprehensif,” kata Roy pada Jum’at, 7 Februari 2025.

  1. Kunjungan dalam KTT G20 di Bali

Presiden Erdogan juga telah melakukan kunjungan ke Indonesia pada 2022 di Bali untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau di Nusa Dua. Dalam kunjungan tersebut, Erdogan tiba bersama Ibu Negara Turki. Erdogan diketahui tetap menghadiri KTT G20 Bali tersebut meskipun terjadi insiden ledakan di Istanbul, Ibu Kota Turki sepekan sebelum berlangsungnya konferensi tersebut. 

Berdasarkan laporan Kedutaan Besar Turki di Jakarta, Presiden Erdogan juga menyempatkan untuk membentuk Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi antara Turki dan Indonesia pada tanggal 14 November 2022 bersamaan dengan momentum kunjungannya menghadiri KTT G20. Agenda dalam kunjungan tersebut dinilai penting untuk memajukan hubungan bilateral kedua negara tersebut.

“Pembentukan Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi antara Turki dan Indonesia pada tanggal 14 November 2022, selama kunjungan Yang Mulia Bapak Presiden Recep Tayyip Erdoan ke Bali, Indonesia dalam rangka KTT Pemimpin G20 merupakan langkah penting dalam memajukan hubungan kita,” kata pihak Kedutaan Besar Turki di Jakarta.

  1. Kunjungan Kerja Sama Ekonomi Perdagangan 2015

Saat masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo atai Jokowi, Presiden Erdogan pernah melakukan kunjungan kenegaraan di Jakarta, Indonesia. Kunjungan tersebut berlangsung pada Juli hingga Agustus 2015. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, kunjungan tersebut dilakukan sesuai agenda pembahasan isu-isu ekonomi. Selain itu, kedua negara membahas kerja sama antara Indonesia dan Turki dalam bidang sosial budaya. 

Dilansir dari Antara, Arrmanatha mengungkapkan bahwa Turki merupakan mitra strategis Indonesia. "Dari nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Turki, Indonesia mempunyai surplus perdagangan yang mencapai hampir 415 juta dolar AS," katanya.

Dalam kunjungan tersebut, Presiden Erdogan dan Presiden Jokowi menyelenggarakan Forum Bisnis Turki-Indonesia dan Nota Kesepahaman. Agenda pokok tersebut bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang perdagangan, investasi, dan teknologi yang ditandatangani oleh Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEK) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).

Atas kunjungan untuk membangun hubungan kerja sama bilateral tersebut, maka Presiden Jokowi melakukan kunjungan balik ke Turki pada bulan Juli 2017. Kunjungan tersebut membawa perspektif baru bagi kerja sama antara kedua negara di bidang perdagangan, perawatan kesehatan, energi, dan industri pertahanan.

Eka Yudha Saputra, Kholis Kurnia Wati, dan Angelina Tiara Puspitalova berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: