Mengenal Sejarah Kompleks Hari Valentine dari Ritual Kuno hingga Simbol Cinta Modern
Bagaimana sejarah hari Valentine hingga sekarang oleh sebagian orang menjadi hari cinta?
![Mengenal Sejarah Kompleks Hari Valentine dari Ritual Kuno hingga Simbol Cinta Modern](https://statik.tempo.co/data/2018/02/13/id_684112/684112_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, muncul sebagai momen spesial yang ditandai dengan pemberian kartu, bunga, dan hadiah antar pasangan. Namun, di balik perayaan penuh warna ini, terdapat sejarah yang panjang dan kompleks yang menggabungkan tradisi Romawi kuno, legenda Kristen, dan puisi abad pertengahan.
Dilansir dari britannica.com, Hari Valentine atau yang dirayakan setiap 14 Februari tidak hanya merupakan hari kasih sayang, tetapi juga sebuah fenomena budaya yang telah berkembang selama berabad-abad.
Awal mula Hari Valentine bisa ditelusuri kembali ke festival Lupercalia di Roma kuno, sebuah perayaan yang diadakan di pertengahan Februari untuk merayakan kedatangan musim semi. Festival ini melibatkan serangkaian ritus kesuburan dan proses unik memasangkan wanita dengan pria melalui undian.
Namun, pada akhir abad ke-5, Paus Gelasius I secara resmi menggantikan Lupercalia dengan Hari St. Valentine. Meski demikian, asal-usul Hari Valentine sebagai hari romantis baru mulai populer sekitar abad ke-14 dipengaruhi kuat oleh karya-karya Geoffrey Chaucer seorang penyair Inggris yang mengaitkan hari tersebut dengan cinta romantis melalui puisinya.
Ada beberapa versi tentang siapa St. Valentine yang sebenarnya. Semuanya merujuk pada martir Kristen. Salah satu cerita paling populer adalah tentang seorang imam yang menjadi martir sekitar tahun 270 M oleh Kaisar Claudius II Gothicus. Menurut legenda, imam ini menulis surat kepada putri sipir penjara yang ia sembuhkan dari kebutaan dengan tanda tangan "dari Valentine-mu," sebuah frase yang menjadi simbol Hari Valentine.
Versi lain menyebutkan St. Valentine dari Terni, seorang uskup yang juga dianggap sebagai nama di balik perayaan ini. Menariknya, ada kemungkinan kedua sosok ini sebenarnya adalah orang yang sama. Legenda lain mengatakan bahwa St. Valentine menentang perintah kaisar dengan menikahkan pasangan secara rahasia untuk menghindari suami dari wajib militer yang menambah asosiasi hari tersebut dengan cinta dan komitmen.
Tradisi mengirimkan pesan formal atau 'valentine' dimulai pada abad ke-15, dan pada akhir abad ke-18, kartu cetak komersial mulai digunakan. Di Amerika Serikat, produksi kartu valentine komersial dimulai pertengahan abad ke-19. Kartu-kartu ini biasanya menggambarkan Cupid, dewa cinta Romawi, dan hati yang dianggap sebagai pusat emosi.
Hari Valentine tidak hanya populer di Amerika Serikat, tetapi juga di Inggris, Kanada, Australia, dan negara-negara lain seperti Argentina, Prancis, Meksiko, dan Korea Selatan. Di Filipina, Hari Valentine bahkan menjadi tanggal populer untuk pernikahan massal. Selain itu, hari ini juga telah berkembang menjadi kesempatan untuk menunjukkan kasih sayang antar teman dan keluarga, dengan anak-anak sekolah sering bertukar kartu valentine.
Pada abad ke-14, Geoffrey Chaucer yang dikenal sebagai Bapak Sastra Inggris menulis puisi yang mengaitkan Hari St. Valentine dengan cinta romantis. Puisi Chaucer bersama dengan karya-karya penulis lain di periode yang sama mulai membentuk narasi bahwa Hari Valentine adalah waktu khusus untuk merayakan dan kasih sayang antar individu, bukan hanya sebagai ritus kesuburan atau perayaan religius.
Dalam konteks modern, Hari Valentine sering kali dilihat sebagai contoh utama dari komersialisasi perayaan. Namun, ini juga merupakan kesempatan untuk merenungkan pentingnya cinta dan hubungan interpersonal. Meskipun ada kritik bahwa hari tersebut terlalu berfokus pada materi, banyak orang di seluruh dunia melihat Hari Valentine sebagai kesempatan untuk mengekspresikan perasaan mereka kepada orang-orang yang mereka hargai, membuatnya tetap relevan dalam masyarakat kontemporer.
Melalui sejarah yang panjang dan beragam, Hari Valentine telah berkembang dari ritus kesuburan kuno menjadi perayaan global cinta dan kasih sayang. Meskipun aspek komersialnya sering kali mendominasi narasi modern, inti dari Hari Valentine tetap kuat, yakni sebuah hari untuk merayakan dan menghargai hubungan manusia dalam semua bentuknya.