Anggota DPR sebut penerapan kebijakan mitigasi risiko lebih realistis
Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Komarudin menilai potensi penerapan kebijakan yang berfokus pada mitigasi risiko lebih ...
![Anggota DPR sebut penerapan kebijakan mitigasi risiko lebih realistis](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2024/05/07/7073F8D8-F691-40FF-80D8-B8D3CE094A92.jpeg)
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Komarudin menilai potensi penerapan kebijakan yang berfokus pada mitigasi risiko lebih realistis ketimbang mengeliminasi risiko secara total (zero tolerance).
Adapun, Komisi XI DPR RI membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional, moneter, dan sektor jasa keuangan.
"Kebijakan zero tolerance banyak diterapkan di negara maju, sedangkan kita masih negara menengah yang sangat bergantung dengan sumber daya alam. Kalau dibandingkan dengan negara maju, ini tidak fair. Mereka sekarang sudah masuk ke isu lingkungan yang zero tolerance. Tidak apple to apple, tidak adil," kata Puteri dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Kebijakan tersebut dinilai lebih pragmatis dan realistis untuk diterapkan di Indonesia. Pasalnya, pemerintah sedang fokus memperbaiki sumber daya manusia sembari mencari titik temu dengan pemangku kepentingan untuk memitigasi risiko lingkungan, kesehatan, keuangan, dan sektor lainnya.
Dalam praktiknya, Puteri menyatakan bahwa parlemen setiap tahunnya membahas manajemen risiko dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Dengan demikian, kebijakan tersebut bisa disesuaikan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) guna mengatasi permasalahan di masyarakat, termasuk melalui efisiensi anggaran yang ada.
Sebagai contoh, sektor tembakau kerap menghadapi tantangan baik secara industri, tenaga kerja, kesehatan, penerimaan negara, maupun regulasi. Oleh karena itu, pembuatan kebijakan berbasis mitigasi risiko perlu mencari keseimbangan yang mempertimbangkan risiko tersebut.
Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menjelaskan penerapan kebijakan berbasis pengurangan risiko dalam konteks pembangunan sebenarnya sudah tercantum secara ketat dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN).
Alih-alih menerapkan zero tolerance dengan menerapkan kebijakan pelarangan secara total, Amich menjelaskan dalam kaitannya dengan penerapan prinsip-prinsip good governance atau kebijakan pembangunan inklusif, maka upaya harm reduction (pengurangan bahaya) demi memitigasi potensi risiko yang terjadi perlu didukung.
"Bagaimana kita harus beralih dari brown economy ke pembangunan yang betul-betul berwawasan lingkungan dan kebudayaan sehingga bisa mencegah kerusakan. Pemanfaatan kekayaan alam harus memanfaatkan lintas generasi, generasi yang akan datang, itu bagian dari pembangunan inklusif," kata dia.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2025