Apical kenalkan lilin batik berbahan sawit berkelanjutan
Produsen sawit Apical memperkenalkan lilin atau malam untuk pembuatan kain batik dengan menggunakan bahan baku kelapa ...
Jakarta (ANTARA) - Produsen sawit Apical memperkenalkan lilin atau malam untuk pembuatan kain batik dengan menggunakan bahan baku kelapa sawit yang diolah secara berkelanjutan.
"Batik ini diharapkan menjadi produk unggulan karena memadukan keunikan budaya Indonesia dengan praktik berkelanjutan yang diterapkan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," kata Head of Corporate Communications Apical Group Prama Yudha Amdan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat .
Produk tersebut dikenalkan pada ajang wastra nasional INACRAFT 2025 di JCC, Jakarta, dengan peluncuran batik yang diproduksi menggunakan bahan ramah lingkungan dan berkelanjutan hasil kolaborasi Apical dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), WWF-Indonesia, RSPO.
Menurut dia peluncuran batik dengan menggunakan lilin/malam berbasis kelapa sawit ini tidak hanya sebuah inovasi, melainkan sebuah terobosan penting dalam industri.
Kelapa sawit yang selama ini hanya terbatas dikenal sebagai komoditas, tambahnya, terbukti dapat diolah menjadi beragam aplikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hydrogenated Palm Stearin (HPS) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan “malam” batik merupakan salah satu produk turunan sawit yang diproduksi Apical.
Dikatakannya, upaya kolaboratif pembuatan batik berbasis sawit ini merupakan pembuktian bahwa potensi kontribusi ekonomi industri kelapa sawit tidak hanya terbatas pada aspek komoditas, tapi juga turut melaksanakan hilirisasi yang selama ini terkesan hanya terjadi di sektor ekstraktif.
“Ketika industri lain baru bersiap melaksanakan hilirisasi, kami (kelapa sawit) sudah rampung. Bahkan efek dorongan ekonomi yang terjadi tidak hanya pada aktivitas usaha padat modal, tapi juga dirasakan aktivitas usaha kecil dan menengah seperti para perajin batik ini”, tambah Prama Yudha.
Sementara itu Sustainable Commodities Lead WWF-Indonesia Angga Prathama Putra menambahkan pelestarian lingkungan dan praktek berkelanjutan harus dilakukan secara kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari produsen besar maupun skala rumahan.
Kolaborasi dengan FPKBL, lanjutnya, merupakan langkah strategis untuk memberikan inspirasi bagi pembatik lain di Indonesia.
Dukungan WWF-Indonesia adalah melakukan pelatihan sustainable action plan sehingga FPKBL mampu menyusun rencana aksi yang berkomitmen penuh untuk menggunakan lilin batik bersertifikasi RSPO.
Agar sertifikasi menyeluruh, WWF-Indonesia mendampingi FPKBL dalam proses audit Supply Chain Certification Standard (SCCS) yang dipastikan sesuai dengan standar RSPO.
"Batik ramah lingkungan ini merupakan jawaban bagi konsumen yang ingin memastikan produk yang dibeli tidak berkontribusi pada kerusakan lingkungan," katanya.
Kedepannya, produk lilin yang terbuat dari kelapa sawit berkelanjutan diharapkan dapat terhubung dengan pasar dan industri dampingan WWF-Indonesia dan juga menginspirasi para pelaku usaha untuk menerapkan nilai-nilai keberlanjutan.
Deputy Director Market Transformation RSPO M Windrawan Inantha mengatakan “Kami percaya bahwa ketika standar keberlanjutan diterapkan di seluruh rantai pasok kelapa sawit, maka akan membuka peluang baru bagi berbagai industri, termasuk sektor kreatif seperti batik.
Pendekatan inovatif ini membuktikan bahwa produk berbasis kelapa sawit berkelanjutan tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
"Kami berharap inovasi seperti ini dapat menjadi role model bagi industri lainnya untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan, sekaligus dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat produk berbasis kelapa sawit yang berkelanjutan," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025