Badan-Badan Kemanusiaan PBB percepat penyaluran bantuan untuk Gaza

Badan-badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para mitranya sedang memanfaatkan setiap kesempatan yang ...

Badan-Badan Kemanusiaan PBB percepat penyaluran bantuan untuk Gaza

PBB (ANTARA) - Badan-badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para mitranya sedang memanfaatkan setiap kesempatan yang muncul dari gencatan senjata untuk meningkatkan jumlah pengiriman bantuan dan layanan bagi warga Gaza, termasuk evaluasi tingkat kerusakan bagi warga yang kembali ke tempat tinggal mereka dan mendapati rumahnya telah hancur.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Rabu (22/1) mengatakan mereka sedang meningkatkan dukungan untuk orang-orang di seluruh Jalur Gaza, mempercepat arus pasokan dan jumlah pengiriman yang masuk, serta memperbesar kapasitas penyimpanan, upaya perbaikan, layanan dan kebutuhan penyelamatan jiwa. Mereka mendistribusikan paket makanan dan tepung serta berupaya membuka kembali toko-toko roti.

Wakil juru bicara (jubir) Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, Farhan Haq, mengatakan kepada para wartawan dalam sebuah taklimat pers rutin mengenai upaya sistem PBB untuk membantu mereka yang ada di Jalur Gaza yang luluh lantak.

"Salah satu upaya yang dilakukan oleh PBB di zona konflik dan dalam situasi pascakonflik adalah melakukan pembersihan puing reruntuhan, pembersihan ranjau, penyingkiran senjata-senjata yang tidak meledak, dan pembangunan kembali," kata Haq.

"Upaya-upaya itu ditangani oleh berbagai kelompok yang berbeda, termasuk UN Mine Action Service (UNMAS), UN Office for Project Services (UNOPS), dan UN Development Programme (UNDP)," kata Haq.

"Kami masih berada di masa-masa awal. Jadi kami baru berada di tahap pertama, yaitu tahap evaluasi," kata Haq sambil menambahkan bahwa upaya tersebut akan membutuhkan waktu.

Gedung-gedung hancur di kamp pengungsian Jabalia, Jalur Gaza utara, difoto pada 19 Januari 2025, setelah gencatan senjata Israel dan Hamas berlangsung. (ANTARA/Xinhua/Abdul Rahman Salama)

Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) melaporkan hampir 1.000 truk memasuki Gaza pada hari kedua gencatan senjata. Sebanyak 118 truk bantuan mengantarkan lebih dari 53.000 paket makanan kepada masyarakat di Khan Younis dan tempat-tempat penampungan milik UNRWA di Deir al Balah.

Dana Kependudukan PBB (UNFPA) melaporkan bahwa 20 truk telah mengantarkan berbagai suplai penting, termasuk pasokan untuk kelahiran yang aman, perawatan kebidanan darurat, peralatan pascapersalinan, alat kontrasepsi, dan barang-barang keperluan musim dingin, ke Deir al Balah pada Selasa (21/1). Sementara itu, 20 truk lainnya yang mengangkut bantuan UNFPA masuk ke Gaza utara pada Rabu.

UNOPS mendistribusikan bahan bakar guna memastikan layanan-layanan penting, seperti layanan kesehatan serta pemompaan air, dan desalinasi dapat berjalan dengan generator cadangan jika tidak ada listrik. OCHA mengatakan mereka dan para mitranya juga mendukung perbaikan infrastruktur, termasuk sumur air dan fasilitas desalinasi.

"Para mitra kemanusiaan melakukan evaluasi cepat di daerah-daerah yang baru dapat diakses untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang paling mendesak, termasuk air, kebersihan, sanitasi, dan perawatan kesehatan. Mereka juga meningkatkan upaya pengawasan penyakit," kata OCHA.

Dikatakan OCHA, para petugas kemanusiaan sedang menyiapkan titik-titik stabilisasi trauma untuk menangani kasus-kasus darurat dan mengerahkan tim-tim perawatan khusus.

Jumlah bantuan yang masuk ke Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan sangat kontras dengan kelangkaan bantuan yang diizinkan masuk sebelum gencatan senjata, terutama ke kegubernuran-kegubernuran bagian utara. Skala kehancuran telah membuat lingkungan sekitar tidak lagi dapat dikenali.

Orang-orang berkerumun di sekitar truk yang membawa bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan, Rafah, pada 19 Januari 2025. (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Di Tepi Barat, OCHA memperingatkan bahwa operasi pasukan Israel yang sedang berlangsung di Jenin membahayakan keselamatan dan kesejahteraan warga serta menghancurkan infrastruktur yang sangat penting, seperti jalan raya, listrik, dan pipa air. Sepuluh orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Operasi militer yang dimulai pada Selasa itu melibatkan serangan udara dan taktik perang mematikan lainnya yang menurut OCHA tampak melanggar standar penegakan hukum. Kantor PBB tersebut mengatakan mereka menerima laporan bahwa makin banyak orang yang dipaksa keluar dari kamp Jenin, dengan alasan operasi Israel yang sedang berlangsung dan ketiadaan air.

OCHA mengatakan Rumah Sakit Pemerintah Jenin terputus dari jaringan air dan listrik. Rumah sakit tersebut kini bergantung pada cadangan air yang semakin menipis dari tangki-tangki darurat yang dipasang beberapa pekan lalu sebagai persiapan untuk keadaan darurat melalui alokasi Dana Kemanusiaan Wilayah Palestina yang Diduduki, yang dikelola oleh OCHA.

OCHA bertutur para mitra kemanusiaan berencana untuk mengisi ulang air dan memenuhi cadangan di rumah sakit itu segera setelah situasi keamanan memungkinkan.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025