Berbagai reaksi usai Elon Musk diduga menunjukan gestur Nazi Salute

Donald Trump resmi menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47, Senin (20/1). Sejumlah tamu undangan penting dari bidang ...

Berbagai reaksi usai Elon Musk diduga menunjukan gestur Nazi Salute

Jakarta (ANTARA) - Donald Trump resmi menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47, Senin (20/1). Sejumlah tamu undangan penting dari bidang teknologi menghadiri upacara pelantikan Presiden AS Donald Trump di Wahsington D.C, salah satunya pemilik perusahaan Tesla dan Space X Elon Musk.

Dalam kehadirannya itu, Elon sempat menimbulkan kontroversi karena dirinya memberikan gestur yang dianggap seperti hormat khas Nazi atau Nazi Salute.

Kejadian itu terjadi saat dirinya mendapat kesempatan berpidato dalam acara tersebut. Awalnya Elon mengucapkan terima kasih kepada para pendukung Trump.

Elon kemudian memberikan gestur tangan kanan ke dadanya dengan jari yang direntangkan terbuka, kemudian mengangkat tangannya dengan posisi lurus ke atas dengan telapak tangan mengarah ke bawah dan jarinya rapat.

Saat kerumunan orang bersorak, Elon berbalik badan membelakangi hadirin dan kembali melakukan gestur tersebut yang dianggap sebagai hormat Nazi atau Nazi Salute.

Baca juga:

Hal tersebut menimbulkan berbagai reaksi, khususnya reaksi negatif dari banyak pihak. Dilansir dari The Guardian, berbagai reaksi kemarahan muncul di seluruh Eropa terhadap dugaan Elon Musk menggunakan gerakan yang dilarang karena hubungannya dengan Nazi di Jerman.

Beberapa pihak mengecam tindakan tersebut sebagai provokasi jahat atau bentuk solidaritas dengan kelompok sayap kanan ekstrem.

Michel Friedman, seorang publicist Jerman-Prancis terkemuka sekaligus mantan wakil ketua Dewan Pusat Yahudi di Jerman, menyebut tindakan Elon sebagai aib. Ia menilai hal ini menunjukkan bahwa "titik berbahaya bagi dunia bebas" telah tercapai.

Friedman, yang merupakan keturunan keluarga Yahudi Polandia dan sebagian besar keluarganya tidak selamat dari Holocaust, mengaku terkejut saat menyaksikan pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS secara langsung di televisi.

Menurutnya, Elon dengan jelas melakukan salam Nazi "Heil Hitler", meskipun ada upaya untuk meremehkan maknanya. Friedman mengatakan kepada harian Tagesspiegel, “Saya berpikir, pelanggaran terhadap tabu telah mencapai titik yang berbahaya bagi dunia bebas. Kebrutalan, dehumanisasi, Auschwitz—semua itu adalah Hitler. Seorang pembunuh massal, penghasut perang, seseorang yang menganggap manusia tidak lebih dari angka—sasaran empuk yang tidak berarti.”

Baca juga:

Charlotte Knobloch, Presiden Komunitas Yahudi di Munich dan Bavaria Atas, juga menyebut gestur tersebut sebagai sesuatu yang "sangat mengganggu." Namun, ia menambahkan bahwa tindakan Elon baru-baru ini yang mencoba mencampuri politik Jerman jauh lebih mengkhawatirkan. Elon diketahui memberikan dukungan kepada partai sayap kanan ekstrem Alternative für Deutschland (AfD) menjelang pemilu federal bulan depan.

“Yang jauh lebih mengkhawatirkan adalah posisi politik Elon Musk, intervensinya yang ofensif dalam kampanye pemilu Jerman, serta dukungannya terhadap partai yang memiliki tujuan anti-demokrasi,” ujar Knobloch dalam pernyataannya.

Elon melakukan gerakan tersebut sebagai pembicara di atas panggung sebelum kedatangan Trump di arena Capital One, Washington, Senin lalu. Ia mengucapkan terima kasih kepada para pendukung Trump dengan meletakkan tangan kanannya di dada sebelum mengangkatnya ke atas secara cepat. Ia kemudian mengulangi gerakan serupa ke arah lain sambil mengatakan, "Hatiku untuk kalian."

Elon, yang memimpin departemen efisiensi pemerintahan Trump, kemudian menanggapi kritik di platform X dengan menulis, “Sejujurnya, mereka butuh trik kotor yang lebih baik. Serangan ‘semua adalah Hitler’ itu sudah sangat basi.”

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menilai dukungan Elon Musk terhadap sayap kanan ekstrem sebagai hal yang tidak dapat diterima. Ia menegaskan bahwa meskipun kebebasan berbicara berlaku di Eropa, mendukung posisi ekstrem tetap tidak bisa diterima. Scholz juga menyerukan agar masyarakat tetap bersikap tenang dalam merespons pemerintahan Trump. Elon kemudian menulis di X dengan menyindir Scholz, “Shame on Oaf Schitz!”

Baca juga:

Seorang hakim Berlin, Kai-Uwe Herbst, mengatakan kepada Berliner Zeitung bahwa gerakan tangan diagonal yang disengaja sudah cukup untuk menjadi bukti pelanggaran hukum di Jerman. Namun, ia menambahkan bahwa perlu dibuktikan adanya niat jahat serta kesadaran individu bahwa gerakan tersebut adalah salam Hitler. Herbst menjelaskan bahwa kasus seperti ini sering muncul dalam konteks provokasi, bukan untuk menyebarkan ideologi Nazi.

Sementara itu, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik AS (ADL) menyatakan bahwa gerakan Elon bukanlah salam Nazi, melainkan "gerakan canggung dalam momen antusiasme." ADL meminta semua pihak untuk saling memberikan toleransi.

Jurnalis Lenz Jacobsen juga menulis di Die Zeit bahwa salam tersebut tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang kebetulan. “Siapa pun yang berada di panggung politik, di depan audiens yang sebagian merupakan sayap kanan ekstrem, dan melakukan gerakan tangan secara diagonal dengan kuat dan berulang kali, itu adalah salam Hitler. Tidak ada ‘mungkin’ atau ‘mirip’ dalam hal ini. Gestur tersebut berbicara sendiri.”

Sebaliknya, Miriam Hollstein dari majalah Stern menganggap perhatian terhadap salam tersebut tidak perlu, karena isu-isu lain terkait Elon Musk lebih penting untuk dibahas.

Friedman mendesak Elon untuk menunjukkan tanggung jawab politik, seraya mengingatkan bahwa hampir seluruh keluarganya tewas di kamp Auschwitz-Birkenau, yang peringatan pembebasannya ke-80 akan diperingati pada hari Minggu mendatang.

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025