BPBD simulasi mitigasi di sekolah rawan bencana di Ponorogo

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur bersama BPBD Kabupaten Ponorogo, Kamis menggelar simulasi mitigasi bencana di sejumlah sekolah yang berada di wilayah rawan bencana.Kegiatan ini bertujuan ...

BPBD simulasi mitigasi di sekolah rawan bencana di Ponorogo

Ponorogo, Jatim (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur bersama BPBD Kabupaten Ponorogo, Kamis menggelar simulasi mitigasi bencana di sejumlah sekolah yang berada di wilayah rawan bencana.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan siswa dan tenaga pendidik dalam menghadapi potensi bencana seperti banjir, gempa bumi, kebakaran, hingga penyelamatan aset sekolah.

Kepala BPBD Ponorogo, Masun, mengungkapkan bahwa terdapat 13 sekolah di Ponorogo yang masuk kategori rawan bencana, salah satunya SMKN 2 Ponorogo yang menjadi langganan banjir.

Menurutnya, upaya menghadapi bencana dapat dilakukan dengan dua cara, yakni mengurangi ancaman atau meningkatkan kapasitas masyarakat.

"Kami saat ini menerapkan cara kedua, yaitu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana," ujar Masun.

Ia menambahkan bahwa pada akhir 2024, SMKN 2 Ponorogo menjadi salah satu lokasi terdampak banjir terparah.

Air meluap hingga masuk ke ruang kelas dan laboratorium praktik, menyebabkan kerusakan dan kehilangan aset sekolah.

"Ini salah satu titik terparah. Banyak aset sekolah yang rusak dan hilang. Karena itu, kami menggelar simulasi di sini agar sekolah memiliki manajemen kebencanaan yang lebih baik ke depannya," jelasnya.

Wakil Kepala Sekolah SMKN 2 Ponorogo, Farida Hanim Handayani, mengungkapkan bahwa sekolahnya sudah tiga kali terendam banjir, yaitu pada 2007, 2019, dan 2024.

Letak bangunan yang diapit tiga sungai besar membuatnya rentan terdampak banjir ketika hujan deras mengguyur.

"Kegiatan ini sangat penting agar kami tahu langkah yang harus diambil saat terjadi bencana, tidak hanya untuk menghadapi banjir tetapi juga bencana lainnya," kata Farida.

Ia menambahkan bahwa pada banjir terakhir, sekolah mengalami kerugian hingga Rp2,3 miliar akibat kerusakan alat elektronik dan peralatan praktik siswa.

"Alat praktik yang terendam banjir banyak yang rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Kami sudah melaporkan kerugian ini ke provinsi," pungkasnya.