Capaian BRIN 2024: 539 Kekayaan Intelektual, Peringkat 54 di Global Innovation Index

BRIN lebih fokus pada pengembangan teknologi kunci, yang menjadi dasar bagi industri untuk menghasilkan produk akhir.

Capaian BRIN 2024: 539 Kekayaan Intelektual, Peringkat 54 di Global Innovation Index

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional () menggelar ekspose terkait capaian dan selama 2024 pada Rabu, 22 Januari 2025. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab lembaganya yang memasuki usia hampir empat tahun.

Menurut dia, keberhasilan ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir riset, seperti produk yang langsung dirasakan masyarakat, tapi juga pada pembangunan ekosistem riset yang lebih baik. “Kami memperbaiki skema-skema untuk peningkatan kapasitas SDM, tidak hanya untuk BRIN, tapi juga untuk kampus, industri, dan komunitas,” ujae Handoko di Gedung BRIN B.J. Habibie, Jakarta Pusat, Rabu.  

Handoko menjelaskan, BRIN sepanjang 2024 mencatatkan 539 capaian Kekayaan Intelektual (KI) yang meliputi paten, hak cipta, merek, desain industri, dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). 

Per 16 Januari 2025, BRIN telah mempublikasikan 6.117 karya ilmiah di jurnal bereputasi global pada 27 bidang riset yang mencapai 5.865 sitasi. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai institusi nasional dan internasional turut mendukung pencapaian Field-Weighted Citation Impact (FWCI) BRIN yang berada pada angka 1.11.

Pria kelahiran Lawang itu kemudian menyoroti pentingnya menjaga talenta unggul Indonesia. BRIN mengklaim akan terus membuka peluang bagi diaspora Indonesia untuk kembali dan berkontribusi dalam riset nasional. “Karena aktivitas riset inovasi itu salah satu instrumen utama menciptakan SDM unggul,” tuturnya.

Dari sisi infrastruktur, BRIN menyediakan fasilitas infrastruktur riset untuk mendukung kegiatan riset dan inovasi melalui e-layanan sains (ELSA). Skema pendanaan berbasis kompetisi yang sudah diterapkan sejak 2022 juga disebut mulai menunjukkan hasil positif. “Ini untuk memastikan bahwa aktivitas riset inovasi yang dilakukan oleh teman-teman kita ini, tidak hanya di BRIN, itu memenuhi standar global,” katanya.

Menurut Handoko, salah satu pencapaian utama adalah meningkatnya peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index (GII), yang kini berada di peringkat ke-54. Peringkat ini jauh lebih baik dibandingkan posisi sebelum 2021 yang berkisar di angka 87.  

“Jadi kalau dulu sebelum 2021, sebelum BRIN terbentuk, kita selalu ada di peringkat 85-an, kemudian kita bisa naik ke 75, kemudian naik lagi ke 61, dan alhamdulillah tahun ini bisa peringkat 54,” kata dia. “Hal itu mencerminkan upaya kita bersama untuk memperbaiki ekosistem riset dan inovasi yang langsung tercermin di berbagai indikator di dalam peringkat GII.”

Handoko menyebut, lembaga riset seperti BRIN lebih fokus pada pengembangan teknologi kunci, yang menjadi dasar bagi industri untuk menghasilkan produk akhir. Dia menilai keberhasilan riset tidak hanya dilihat dari produk akhirnya, dengan perspektif jangka pendek. “Kami perlu mengedukasi masyarakat bahwa riset adalah investasi jangka panjang, dan hasilnya mungkin baru dirasakan dalam beberapa tahun,” ucap dia.

Dalam kesempatan itu, Handoko juga menyatakan dukungan penuh terhadap program Astacita Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan swasembada pangan dan energi sebagai salah satu pilar utama pembangunan nasional. Dia menegaskan bahwa arah riset yang dirancang BRIN selaras dengan arahan Presiden. 

“Sebenarnya, apa yang kami lakukan sudah sangat sesuai dengan visi besar swasembada pangan dan energi yang dicanangkan Presiden. Dalam aspek pangan, misalnya, kami aktif mengembangkan varietas baru, seperti untuk padi dan jagung, guna mendukung ketahanan pangan nasional,” kata Kepala BRIN itu. 

Untuk swasembada energi, BRIN mengembangkan teknologi co-firing berbasis biomassa lokal pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). “Kami memastikan bahwa BRIN berkontribusi signifikan pada pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan, yang menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, sehingga bisa terlepas dari Midlle Income Trap.”

Selama 2024, ada 728 publikasi soal swasembada pangan. Kemudian ada 655 publikasi untuk swasembada energi, 1.299 publikasi untuk pembangunan berkelanjutan, 655 publikasi tentang kemandirian kesehatan, dan publikasi di bidang lainnya.