IHSG Menghijau Lima Hari Beruntun, Tersulut Faktor Donald Trump?

IHSG saat ini belum sepenuhnya positif karena investor masih wait and see.

IHSG Menghijau Lima Hari Beruntun, Tersulut Faktor Donald Trump?

Kiwoom Sekuritas mengungkapkan dampak pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selama lima hari perdagangan terakhir, IHSG terpantau menguat.

Menurut Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, dampak langsung pidato Trump terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan. Namun, yang menjadi perhatian utama para pelaku pasar adalah sejumlah kebijakan Trump terutama dalam perdagangan global.

Audi mengatakan IHSG saat ini tidak sepenuhnya positif. Ia menilai investor cenderung memasang mode wait and see alias menunggu hingga ada sinyal-sinyal yang lebih jelas. Ia mengatakan pasar lebih fokus pada ketegasan dalam kebijakan, terutama kebijakan yang memiliki dampak terhadap beberapa negara.

“Kalau kami lihat dari sisi kabinetnya, ada beberapa menterinya yang cukup keras terhadap Cina,” kata Audi kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (21/1). 

Ia menilai dampak yang dikhawatirkan adalah apabila inflasi tidak sesuai dengan target Bank Sentral, khususnya The Fed. Audi mengatakan berdasarkan CME FedWatch Tool, tahun ini hanya ada pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin, yang kemungkinan terjadi pada pertemuan Juni hingga Juli 2025. Setelah itu, The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya. 

Apakah IHSG Bisa Mencapai 8.000?

Audi mengatakan jika kebijakan pelonggaran dari Bank Indonesia terus berlanjut, ada kemungkinan IHSG bisa menguat hingga menembus level psikologis 8.000. 

“Kalau melihat korelasinya, suku bunga dan pasar saham itu korelasinya negatif. Jadi, kalau suku bunga seperti kemarin, ketika BI lebih agresif, berani memangkas, IHSG langsung reli,” tambahnya.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, memproyeksikan pergerakan IHSG pada 2025 dengan beberapa skenario. Dalam kondisi optimistis atau bullish, IHSG diprediksi mencapai level awal 7.820 dan bisa naik hingga 8.185. Namun, dalam skenario pesimistis atau  bearish, Sukarno menyebut IHSG bisa terjun ke level 6.850.

Ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan berada di kisaran 5%-5,1%. Pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh kuatnya konsumsi domestik, inflasi terkendali sebesar 2,7%, dan kebijakan fiskal yang efektif. Penurunan suku bunga acuan BI menjadi 5% dari 5,75% pada 2024 juga dianggap sebagai peluang positif bagi IHSG.

Selain itu, Sukarno menilai pembangunan infrastruktur, reformasi struktural, serta iklim investasi yang membaik diharapkan menjadi pendorong utama kinerja investasi. Ia juga memprediksi nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak antara Rp 15.285 hingga Rp 15.600 per dolar AS. Adapun sektor manufaktur diprediksi tumbuh lebih kuat seiring dengan mulai beroperasinya sejumlah proyek investasi baru.

“Pasar saham Indonesia memiliki peluang dan tantangan di tahun pertama presiden baru Indonesia dan Amerika Serikat,” kata Sukarno kepada Katadata.co.id, Selasa (24/12). 

Meski terdapat tantangan, seperti menguatnya dolar akibat ekspektasi inflasi tinggi setelah kemenangan Donald Trump yang memicu kebijakan hawkish dari The Fed, pasar saham Indonesia tetap menarik. Ia mengatakan hal ini didukung oleh valuasi saham yang relatif murah dibandingkan rata-rata indeks Asia Pasifik lainnya atau rata-rata lima tahun terakhir berdasarkan rasio Price-to-Earnings (PE) dan Price-to-Book Value (PBV).