IRFS Lahir, Faksi Baru Suriah Mulai Serang Pasukan Israel dan Recoki Geng Presiden
Faksi baru di Suriah bernama IRFS mulai melancarkan serangan terhadap Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Provinsi Quneitra, Suriah.
TRIBUNNEWS.COM – Faksi baru di mulai melancarkan serangan terhadap Pasukan Pertahanan (IDF) di Provinsi Quneitra.
Faksi itu menyebut diri sebagai Front Perlawanan di (IRFS) dan mengklaim berada di balik serangan yang dilancarkan akhir Januari lalu.
IRFS tidak hanya mengumumkan serangan terhadap , tetapi juga dimulainya operasi militer terhadap “geng Julani”. Julani yang dimaksud ialah Abu Muhammad Al Julani atau Ahmed al-Sharaa yang saat ini menjadi Presiden
Dikutip dari The Cradle, mengklaim serangan yang dilancarkannya tanggal 31 Januari berhasil memukul mundur tentara israel.
“Kami tidak akan mengizinkan menduduki negeri kami, dan kami akan terus mencari kalian dan geng Julani dengan sergapan akurat dan serangan kejutan kami,” kata .
Army Radio juga melaporkan adanya serangan yang dilancarkan oleh sekelompok orang. Mereka menembaki tentara di pedesaan Quneitra. Tidak ada laporan korban jiwa.
Seorang jurnalis bernama Doron Kadosh menyebut serangan itu sebagai “insiden yang tidak biasa”. Momen itu adalah pertama kalinya kelompok bersenjata mencapai area operasionel tentara dalam dua bulan terakhir.
“Kelompok yang menyebut diri sebagai Front Perlawanan Islam di mengaku bertanggung jawab atas penembakan terhadap pasukan kita, dan terlalu awal untuk mengetahui apakah ini adalah dimulainya perlawanan bersenjata yang terorganisir terhadap aktivitas IDF di ,” kata Kadosh.
Dilaporkan bahwa sebagian besar anggota berasal dari sekte Syiah minoritas di . dibentuk sebagai sebuah cabang Partai Nasional Sosialis (SSNP).
SSNP pada tanggal 17 Desember mengeluarnya pernyataan resmi mengenai dibentuknya Front Pembebasan Selatan. Beberapa minggu kemudian nama front itu diubah menjadi Front Perlawanan Islam di ”.
Faksi itu disebut dibentuk demi melindungi rakyat Suriah dan mengusir Israel dari wilayah Suriah.
Baca juga:
Menurut , pembentukan adalah respons atas bungkamnya pemerintah baru perihal serangan .
Sejak Presiden Bashar al-Assad digulingkan oleh Hayat Tahrir al-Sham bulan Desember 2024, mulai menyerang dan menduduki wilayah . Otoritas yang berkuasa di memilih untuk tidak melawan.
IDF kemudian membentuk enam pos militer di Provinsi Quneittra. Keenamnya berada di Hadar, Qurs al-Nafal, Al-Tulul al-Hamr, Al-Hamidiyah, Kodna, dan Al-Mantara Dam.