ISRA MI’ROJ, SHALAT DAN KEBANGKITAN EKONOMI

Oleh : Ibnu Khakim, MHI SuaraBojonegoro.com – Bulan Rajab adalah salah satu The post ISRA MI’ROJ, SHALAT DAN KEBANGKITAN EKONOMI appeared first on SuaraBojonegoro.com.

ISRA MI’ROJ, SHALAT DAN KEBANGKITAN EKONOMI

Oleh : Ibnu Khakim, MHI

– Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram dalam kalender Islam, yang berarti bulan-bulan yang sangat mulia dan dihormati. Dalam kalender Hijriah, Rajab adalah bulan ketujuh, yang jatuh setelah bulan Jumadil Akhir dan sebelum bulan Sya’ban. Bulan Rajab dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dan ampunan. Banyak ulama yang menyarankan untuk meningkatkan ibadah, seperti berpuasa dan berdoa lebih banyak di bulan ini. Ada juga hadits yang menyebutkan bahwa Rajab adalah bulan yang baik untuk memohon ampunan dan pertolongan dari Allah.

Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Ruslan, dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa bulan Rajab memiliki beberapa nama. Setidaknya ada dua nama untuk menggambarkan beberapa kejadian yang ada dalam bulan rajab; (1) bulan fardu; dan (2) bulan asham. Pertama, bulan fardu yang berarti satu. Bulan Rajab dikenal dengan sebutan bulan fardu, karena bulan haram yang satu ini merupakan satu-satunya bulan yang tidak bersamaan dengan tiga bulan haram lainnya, seperti bulan Dzulqa’dah, Dzulhijah; dan Muharram yang berurutan. Oleh karenanya, bulan Rajab dikenal dengan bulan fardu. Kedua, bulan asham yang berarti tuli. Alasan di balik penamaan ini karena pada bulan Rajab tidak terdengar gencatan senjata untuk berperang yang dilakukan oleh bangsa Arab jahiliah pada masa dahulu. Semua orang Arab pada masa itu menyimpan peralatan perang, dan kembali berdamai dengan musuh-musuh mereka. Bahkan, mereka berkunjung ke rumah orang-orang yang membunuh ayahnya di medan perang untuk menghormati bulan mulia ini. (Sai’id Ruslan, asy-Syahru Rajab, [Maktabah an-Noor], hal. 8).

Bulan rajab laksana ulang tahun shalat, karena melalui isra’ mi’raj Alloh Swt memanggil langsung Rasul Saw untuk menerima perintah shalat yang menurut sebagian orang modern, shalat termasuk menyita waktu dalam profesionalisme kerja, mereka mengatakan, shalat mengganggu sirkulasi jam kerja, sehingga berdampak pada lambatnya pekerjaan dan bahkan bisa menghambat kesuksesan dalam banyak bidang.
Padahal Alloh Swt menjelaskan dalam Firman_Nya : ”Perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa. ”(QS. Thaha;132).

Rezeki, dalam arti sempit, kerap maknai sebagai uang, makanan, minuman, pakaian, dan hal-hal lain yang berbau materi. Keluasan rezeki dapat berupa kenikmatan lahir yang bersifat duniawi seperti harta, kesehatan, anak-anak shaleh, dan kecukupan hidup, maupun kenikmatan batin seperti keimanan, makrifat kepada Allah, ketenangan, dan sebagainya. Alloh Swt memberikan garansi bagi siapa yang mendirikan shalat dengan baik dan sabar, akan diberikan rezeki yang cukup dan tidak akan kekurangan.

Jika yang dimaksud rezeki hanyalah materi, bisa jadi kita memang bukan tergolong kaya akan materi dan harta benda, namun Rasul Saw memaknai kaya sebagaimana sebuah Hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR Bukhari, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Shalat merupakan ibadah yang paling utama dalam islam. Ibadah ini termasuk dalam kategori ibadah badaniyah karena ia melibatkan badan atau fisik manusia dalam pengerjaannya. Hal ini bisa kita pahami dari hadits Nabi Riwayat Ibnu Hibban (No. 258) : “Seseorang datang pada Nabi Saw dan bertanya tentang amalan yang paling utama. Nabi berkata, ‘Shalat’. Kemudian ditanyakan, ‘Lantas apa?’ Nabi menjawab, ‘Shalat’. Kemudian ditanyakan, “Lantas apa?” Nabi menjawab, ‘Shalat’.” Sedemikian pentingnya shalat sebagai amalan yang paling utama, sampai-sampai Nabi menjawabnya sebanyak tiga kali. Selain sebagai ibadah yang paling utama, shalat juga memiliki potensi pahala yang sangat besar sampai-sampai Rasulullah menjanjikan bahwa shalat yang dilaksanakan dengan benar bisa melebur dosa-dosa seseorang, sebagaimana tertuang dalam hadits riwayat Bukhari (No. 505): dari Abu Hurairah RA, berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Shalat 5 waktu dengannya Allah menghapus dosa-dosa (hamba-Nya).”

Tidak ada musibah, masalah, kesulitan kecuali itu dijadikan pengingat bagi mereka yang lalai, menjadi azab bagi yang ingkar dan menjadi ujian kenaikan kelas bagi yang beriman.

Banyak hadits Nabi Saw menyatakan akan shalat sebagai solusi: Rasulullah Saw bila mengalami suatu perkara (cobaan), maka beliau selalu shalat dalam hadits lain, Huzaifah telah menceritakan hadits berikut: Aku kembali kepada Nabi Saw pada malam (Perang) Ahzab, sedangkan Nabi Saw ketika itu menyelimuti dirinya dengan jubah tebal dalam keadaan melakukan shalat. Dan beliau bila menghadapi suatu perkara (besar) selalu shalat. dalam riwayat lain Ali Ra. menceritakan hadis berikut : Sesungguhnya aku di malam Perang Badar melihat kami semua (pasukan kaum muslim) tiada seorang pun melainkan tertidur kecuali Rasulullah Saw yang selalu shalat dan berdoa hingga subuh, semua Riwayat t ini dinukil oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Ini menunjukkan bahwa sholat adalah solusi multiproblem, mari kita amalkan, akan tetapi sholat yang benar-benar tunduk, karena Allah akhiri ayat ini, semuanya berat kecuali mereka yang khusyu’ . Khusyu’ adalah menundukkan diri, dan hanya pasrah kepada Allah, mohon bimbingan Allah, lepaskan kesombongan kita, teori kita, tapi fokus akan bimbingan Allah SWT.

Teori yang mengatakan shalat menghalangi kesuksesan memang bukan datang dari kalangan Islam, sebagai muslim justru kita mengimani bahwa shalat adalah sarana utama untuk menuju segala solusi, kesuksesan dan kebahagian lahir dan batin. Semoga kita istiqomah mendirikan shalat, lebih utama lagi dengan berjama’ah. Amin.
*) Penulis _Ibnu Khakim, MHI, _Intelektual Muda, Instruktur PBNU, Dosen dan Pengasuh Pesantren Salafiyah Raudlatul Muslimin yang berdomisili di Desa Sumberarum Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro. (Red/Lis)