Kegiatan saat Imlek di China, tak hanya mudik dan terima angpao

Layaknya Lebaran di Indonesia, Tahun Baru Imlek di China menjadi momen budaya yang penuh dengan ragam tradisi. Meski ...

Kegiatan saat Imlek di China, tak hanya mudik dan terima angpao

Beijing (ANTARA) - Layaknya Lebaran di Indonesia, Tahun Baru Imlek di China menjadi momen budaya yang penuh dengan ragam tradisi.

Meski secara resmi pergantian tahun naga kayu ke ular kayu berlangsung pada 29 Januari 2025, namun selebrasi Tahun Baru China, menurut tradisi sudah dimulai pada hari ke-23 bulan ke-12 Kalender Lunar yang disebut "Tahun Baru Kecil" atau jatuh pada 22 Januari 2025.

Perayaan berakhir pada hari ke-15 bulan pertama Kalender Lunar tahun berikutnya atau 12 Februari 2025 yang disebut dengan hari Festival Lentera (Lantern Festival).

Saat Tahun Baru Kecil, masyarakat membuat dan menikmati malt sugar candy (permen dari maltosa, seperti dodol dan dumpling pangsit), karena menurut legenda pada hari itulah "Dewa Dapur" naik ke kayangan.

Selanjutnya, mulai hari ke-24 sampai hari ke-29, masyarakat melakukan persiapan menjelang tahun baru, seperti membersihkan rumah, menggiling tahu, menyiapkan hidangan tahun baru, membuat kue beras, hingga mengunjungi makam leluhur.

Memang tidak semua tradisi itu dilakukan, terutama pada era modern dan di kota-kota besar, tapi kebiasaan membersihkan rumah dan menyiapkan hidangan tahun baru masih lazim dilakukan oleh banyak keluarga.

Kata "Imlek" sendiri berasal dari bahasa Hokkian yang banyak digunakan di Fujian, Guangdong, maupun Taiwan, yang artinya kalender bulan.

Dari berbagai tradisi selebrasi Tahun Baru Imlek di China, ada tiga kegiatan yang paling jamak dilakukan masyarakat China.

1. Mudik

Sejak jauh-jauh hari, pemerintah China menyebut angka fantastis saat memperkirakan jumlah perjalanan mudik pada Tahun Baru Imlek 2025, yaitu 9 miliar perjalanan. Angka itu sendiri didapat dari perhitungan perjalanan selama 40 hari, yaitu 14 Januari - 22 Februari 2025.

Libur resmi Imlek di China "hanya" 8 hari dan sudah termasuk menghitung akhir pekan, yaitu mulai 28 Januari - 4 Februari 2025. Sejumlah pegawai negeri atau karyawan BUMN di China, bahkan harus masuk pada 26 Januari, meski hari tersebut adalah hari Minggu atau lazim disebut sebagai "tiaoxiu" atau secara harafiah berarti waktu istirahat yang disesuaikan, dimana hari kerja dan sekolah disesuaikan untuk memberikan hari libur secara berturut-turut.

Para penumpang menaiki eskalator saat arus mudik libur Tahun baru Imlek 2025 di stasiun Beijing Barat, kota Beijing, China pada Minggu (26/01/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Kereta, baik kereta cepat maupun kereta biasa, menjadi moda transportasi favorit untuk kembali ke kampung halaman, khususnya bagi pekerja di kota besar. Apalagi pemerintah China sudah membangun 155.500 km jalur kereta, termasuk 43.700 km adalah jalur kereta cepat (data November 2023).

Kini, setidaknya 33 dari 34 daerah setingkat provinsi di China yang telah terhubung dengan jaringan kereta cepat. Hanya Makau yang tidak terhubung dengan jaringan kereta cepat, meski warga Makau dapat dengan mudah naik kereta cepat dari Stasiun Zhuhai di utara Macau.

Cheng Feng Ding (39), seorang pekerja media di Beijing menyebut ia dan keluarga pulang ke kampung halamannya di Guangzhou menggunakan kereta cepat, meski harus menempuh perjalanan selama 7 jam. Alasannya karena sang anak yang baru 1,5 tahun bisa berlarian di kereta, sehingga tidak rewel dan mengganggu penumpang lainnya.

Untuk menjaga agar tiket kereta tidak dijual dengan harga tinggi atau menyebabkan spekulasi, pemerintah China sejak awal Januari 2025 mengatakan bahwa tiket hanya dapat dijual 15 hari sebelum tanggal keberangkatan, baik melalui laman operator kereta api nasional, China State Railway Group (CRRC), aplikasi China Railway, telepon 12306 atau membeli di loket stasiun.

Calon penumpang kereta saat arus mudik libur Tahun baru Imlek 2025 di stasiun Beijing Barat, kota Beijing, China pada Minggu (26/01/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Bagi penumpang yang ingin membeli lewat aplikasi dapat mengisi data diri dan preferensi kereta maupun tempat duduk, sebelum pemesanan tiket dibuka, sehingga begitu tiket tersedia, penumpang dapat dengan cepat memesan dengan satu kali klik. Masyarakat diingatkan untuk tidak membeli tiket dari aplikasi lain yang menawarkan jasa pemesanan tiket sebelum 15 hari keberangkatan.

Hingga malam Tahun Baru Imlek (28/1), pemerintah China menyebut sudah tercatat 204,39 juta perjalanan antardaerah di China. Rinciannya, sebanyak 194,18 juta dilakukan via jalur darat, 7,76 juta via kereta, 1,86 juta via jalur udara dan 587.000 via jalur perairan.

Libur Imlek juga dimanfaatkan sejumlah mahasiswa Indonesia di Beijing, seperti Edwin (27) yang sudah pulang ke Tanah Air menggunakan pesawat terbang sejak 13 Januari dan baru akan kembali pada akhir Februari, menyesuaikan jadwal masuk kuliahnya.

Namun, tidak semua memanfaatkan libur Imlek untuk berlibur di dalam negeri. Daniel (27), asal Tianjin menggunakan masa liburnya untuk berwisata ke Maroko. Ia mengaku keluarganya tidak keberatan dengan keputusannya berlibur keluar negeri karena ia masih tinggal di satu kota dengan keluarganya, meski tidak dalam satu rumah.

2. Memberi dan mendapat angpao

Saat hari tahun baru pada 29 Januari 2025, anak-anak maupun generasi yang lebih muda memberikan ucapan selamat tahun baru kepada para orang tua. Sebagai balasannya, orang tua pun memberikan uang keberuntungan untuk menangkal roh jahat (sesuai keyakinan mereka), sembari berharap agar anak-anak dan generasi muda mendapat kebaikan pada tahun yang baru.

Uang keberuntungan di China lazim disebut sebagai amplop merah (hongbao dalam bahasa Mandarin, lai see dalam bahasa Kanton dan ang pow dalam bahasa Hokkien), yaitu hadiah berupa uang yang dimasukkan ke dalam amplop kertas merah dengan hiasan emas.

Amplop merah (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Warna merah melambangkan energi, kebahagiaan, dan keberuntungan dalam budaya China dan biasa diberikan saat Tahun Baru China, ulang tahun maupun pernikahan.

Namun, sesungguhnya hal terpenting dari amplop merah tersebut bukanlah uang, melainkan kertas merahnya. Membungkus uang (keberuntungan) di dalam amplop merah diharapkan dapat memberikan lebih banyak kebahagiaan dan berkah bagi para penerimanya.

Kebiasaan memberikan amplop hongbao sendiri berasal dari legenda kuno Tiongkok. Tersebutlah satu hantu bernama Sui yang kerap menakut-nakuti anak-anak, saat mereka tidur. Untuk menjaga anak-anak agar tidak diganggu Sui, maka orang tua akan menyalakan lilin dan terjaga sepanjang Malam Tahun Baru Imlek.

Menurut legenda, tersebutlah sepasang orang tua dengan ayah bermarga Guan yang memiliki anak laki-laki. Mereka memberikan delapan koin tembaga kepada anaknya untuk dimainkan menjelang Malam Tahun Baru. Sang anak lalu membungkus koin-koin itu dengan kertas merah, tapi membukanya lagi, kemudian membungkusnya lagi, dan membukanya lagi, begitu terus hingga lelah dan tertidur. Kemudian orang tuanya meletakkan bungkusan koin itu di dekat bantalnya.

Pengunjung di kawasan gang kuno Nanluoguxiang, distrik Dongcheng, kota Beijing, China sehari sebelum Tahun Baru Imlek pada Selasa (28/01/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Saat malam datang, Sui pun muncul dan mencoba menyentuh kepala sang anak, tapi ternyata delapan koin itu memancarkan cahaya terang dan mengusir Sui. Delapan koin itu ternyata adalah delapan peri. Saat orang tuanya menemukan si anak, peri-peri itu berkata "Jangan khawatir, kami sudah mengusir Sui," kemudian para peri terbang menghilang. Pasangan itu pun memahami bahwa kertas merah yang membungkus koin telah menyelamatkan anak mereka.

Kebiasan membungkus koin di kertas merah pun menjadi tradisi dan disebut "Ya Sui Qian" (压岁钱) atau secara harafiah berarti "Uang pengusir Sui" karena "Sui" terdengar seperti kata "tahun" dalam bahasa Mandarin, maka masyarakat mulai menyebut "Ya Sui Qian" atau uang keberuntungan, sehingga sejak saat itu, memberikan amplop merah sebagai uang "keberuntungan" dari orang tua ke anak-anak menjadi cara agar menjaga anak-anak tetap aman dan membawa keberuntungan.

Belakangan, orang tua dan kakek-nenek juga menerima angpao yang diberikan oleh anak-anak atau cucu mereka yang sudah dewasa sebagai cara untuk mengirimkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kesehatan kepada mereka.

Pemain memainkan genderang besar pada hari terakhir sebelum Tahun Baru Imlek 2025 di Drum Tower, distrik Dongcheng pada Selasa (28/01/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Kebiasaan memberi angpao juga sangat bervariasi di berbagai wilayah di China.

Camile, perempuan asal Provinsi Hubei yang sudah menikah dan punya anak mengaku memberikan angpao kepada orang tuanya, anak dan juga keponakan-keponakannya. Jumlah minimal adalah 200 RMB (sekitar Rp450 ribu), sedangkan maksimal adalah 2000 RMB (sekitar Rp4,5 juta).

Meski belum menikah Meng Lei (24 tahun), pria asal Beijing, juga mengeluarkan hingga 1000 RMB (sekitar Rp2,3 juta) saat Tahun Baru Imlek untuk diberikan kepada sepupu-sepupunya.

Ding bercerita, menurut pengalamannya, masyarakat di China bagian selatan memberikan angpao dalam nominal lebih sedikit dibanding China bagian utara.

Saat ia masih di Provinsi Guangdong, masyarakat di sana dapat memberikan angpao senilai 5 RMB kepada sopir taksi atau 20-100 RMB kepada sanak keluarga yang tidak dekat, tapi saat ia sudah tinggal di Beijing, masyarakat cenderung memberi kepada keluarga dekat, tapi dengan nominal yang lebih besar.

Hal itu dibenarkan oleh Dai Hai Yang (37) yang mudik ke Chengdu, Provinsi Sichuan dan mengeluarkan kocek 200 - 10.000 RMB (sekitar Rp23 juta) untuk membagikan angpao.

3. Festival Kuil

Kegiatan lain yang lazim dilakukan saat Tahun Baru Imlek adalah mendatangi Festival Kuil (庙会, dibaca Miaohui).

Festival kuil adalah perayaan tradisional yang berasal dari kepercayaan Taoisme. Awalnya, sejumlah ritual biasa dilakukan, termasuk pemujaan dewa-dewa, pembakaran dupa, pertunjukan rakyat, hingga arak-arakan patung Budha yang dihias dan kemudian kegiatan itu berkembang menjadi semacam karnaval dengan melibatkan tarian barongsai, opera panggung, pertunjukan akrobatik dan lainnya untuk merayakan tahun baru.

Namun kemudian pada era Dinasti Ming dan Qing, hingga saat ini, perdagangan komersial menjadi bagian penting pada Festival Kuil, sehingga lokasi tersebut berkembang menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dan pembeli. Penyebabnya karena kepadatan pengunjung di sekitar kuil, khususnya saat tahun baru, sehingga memberi peluang bagi para pedagang.

Di Beijing, lokasi terkenal Festival Kuil ada di Taman Ditan (sekaligus menjadi lokasi Kuil Bumi) sebagai kuil untuk sembahyang kepada Dewa Bumi dan Kuil Baiyun (Kuil Awan Putih) sebagai kuil Taoisme terbesar di Beijing.

Pengunjung memadati hari pertama "Temple Fair" di Taman Ditan, distrik Dongcheng, Beijing, China pada Rabu (29/01/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Selain itu ada juga Festival Kuil di Kuil Dongyue, Distrik Chaoyang, yang berada di daerah bisnis Beijing. Pengelola kuil menggelar pertunjukan barongsai "Ribuan Singa Menyambut Musim Semi" dari dua sekolah barongsai yang tampil pada 29 Januari - 4 Februari 2025, dengan durasi 15 menit untuk 4 kali pertunjukan dalam sehari.

Di lokasi itu juga hadir puluhan kios yang menjual berbagai barang, makanan maupun permainan tradisional dan pameran relik budaya, dengan menggunakan proyektor cahaya. Pengunjung bisa menikmati berbagai pertunjukan itu dengan membayar tiket senilai 10 RMB (sekitar Rp22.450)

Sementara di daerah lain, seperti di Yan'an, Provinsi Shaanxi di Tiongkok Barat Laut, Festival kuil menjadi lokasi "biro jodoh" dua kali setahun, yaitu pada bulan ke-4 dan bulan ke-7 Kalender Lunar.

Saat itu, para pencari jodoh mengatur pertemuan antara dua keluarga. Keluarga pria diharapkan membawa hadiah, seperti semangka atau apel untuk dimakan oleh keluarga perempuan. Jika calon pasangan itu merasa tertarik satu sama lain, keduanya bisa pindah ke tempat yang lebih privat, sementara anggota keluarga lainnya tinggal dan mengobrol satu sama lain.

Pertunjukan barongsai pada hari kedua "Temple Fair" di Taman Ditan, distrik Dongcheng, Beijing, China pada Rabu (29/01/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Pada akhirnya, Tahun Baru Imlek menjadi penanda berakhirnya musim dingin dan dimulainya musim semi, sehingga lazim juga disebut sebagai Spring Festival.

Seperti puisi dari seorang pujangga pada masa Dinasti Tang, Li Bai (701-762) berjudul "Pagi Musim Semi" yang berbunyi "Burung-burung berkicau di tengah cahaya pagi/Angin semerbak membelai wajahku/Sungai berkilau bak giok yang mencair/Mencerminkan bunga-bunga yang mekar sempurna", masyarakat China berharap agar tahun yang baru mencairkan es dan membawa kebahagiaan dari alam.

Xin nian kuai le, gong xi fa cai, Selamat Tahun Baru, semoga sukses dan sejahtera!

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025