Kemenhub Hentikan Operasional Angkutan Darat dan Udara Perintis di Jember
Kemenhub Hentikan Operasional Angkutan Darat dan Udara Perintis di Jember. ????Kementerian Perhubungan RI menghentikan operasional angkutan transportasi perintis darat dan udara di Kabupaten Jember, Jawa Timur, karena efsiensi anggaran. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
![Kemenhub Hentikan Operasional Angkutan Darat dan Udara Perintis di Jember](https://beritajatim.com/wp-content/uploads/2024/04/Agus-Wijaya-2.jpeg)
Jember (beritajatim.com) – Kementerian Perhubungan RI menghentikan operasional angkutan transportasi perintis darat dan udara di Kabupaten Jember, Jawa Timur, karena efsiensi anggaran.
Penerbangan pesawat perintis rute Sumenep-Jember dan Jember-Sumenep milik maskapai Susi Air, yang mulai beroperasi pada 10 Januari 2023, dihentikan pada 2 Januari 2025. “Permintaan tertinggi Bawean-Sumenep. Kalau Sumenep-Jember kecil sekali,” kata Kepala Dinas Perhubungan Jember Agus Wijaya, Kamis (6/2/2025).
Penerbangan rute Jember-Sumenep ini dijadwalkan Selasa dan Rabu setiap pekan. Rata-rata jumlah penumpang rute Jember menuju Sumenep masih di bawah 40 persen setiap penerbangan. “Tapi memang secara teori, jumlah penumpang penerbangan perintis di bawah 40 persen. Kalau di atas 40 persen, maka harus jadi pesawat reguler,” kata Agus.
Sementara itu jumlah penumpang rute Sumenep menuju Jember lebih kecil lagi. “Antara 25-27 persen,” kata Agus.
Belakangan tak hanya penerbangan, angkutan bus perintis di dua rute yang dilayani Damri sejak 2017, juga dihentikan pada Januari 2025.
Dua rute tersebut adalah Terminal Tawangalun-Andongrejo yang berjarak 142 kilometer dan Terminal Tawangalun-Payangan sejauh 74 kilometer. Ada dua bus yang beroperasi di setiap trayek.
Operasional satu bus angkutan perintis rute Terminal Ambulu Kabupaten Jember-Candipuro Kabupaten Lumajang yang berjarak 160 kilometer sebenarnya sempat dihentikan pada 31 Desember 2024. Namun belakangan diaktifkan lagi oleh Kementerian Perhubungan.
Penghentian dua rute angkutan perintis darat tak lepas dari pemangkasan anggaran Kemenhub dari Rp 5,94 triliun menjadi Rp 1,91 triliun.
Dihentikannya layanan angkutan perintiis darat ini merepotkan masyarakat daerah pinggiran. Agus sempat dipanggil DPRD Jember.
“Saya jelaskan ini program Kementerian Perhubungan. Saya sudah berusaha ke Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II Jawa Timur, sudah kami upayakan (untuk tetap beroperasi),” katanya, Kamis (6/2/2025).
Agus juga menemui operator perusahaan bus Damri. “Saya minta bantuan, karena permintaan Pak Bupati Hendy agar tetap diupayakan alternatif untuk melayani masyarakat daerah pinggiran,” jelasnya.
Agus berharap ada tambahan rute. “Tidak hanya Ambulu-Candipuro. Itu trayek AKDP (Antarkota Dalam Provinsi),” katanya.
Selama ini tingkat keterisian penumpang (load factor) bus rute Tawangalun-Payangan sekitar 22-23 persen. “Jadi kalau kapasitas angkutannya 25 orang, penumpangnya 5-7 orang penumpang,” kata Agus.
Sementara itu, tingkat keterisian penumpang bus rute Tawangalun-Andongrejo dan Ambulu-Candipuro masih di bawah 30 persen. “Seharusnya sebuah alat transportasi dikatakan baik, kalau load factor-nya minimal; 40 persen. Tapi rata-rata perintis di bawah 30 persen,” kata Agus.
Agus berharap, program angkutan perintis ini bisa dilanjutkan pemerintah pusat untuk pemerataan ekonomi masyarakat Jember melalui konektivitas di daerah pinggiran. “Perintis ini membuka jalur baru dalam pembangunan. Kami tetap akan upayakan bisa melayani permintaan masyarakat,” katanya.
Apalagi, infrastruktur jalan di kawasan Bandealit sudah diperbaiki. “Ini yang kami pikirkan untuk dicarikan solusi, karena di sana tak ada layanan angkutan umum. Ini jadi perhatian Pemkab Jember, terlepas ada atau tidak bantuan APBN,” kata Agus.
Dishub sudah melakukan survei di Andongrejo dan Bandealit. “Di sana demand-nya besar, ada anak sekolah, pasar, kantor desa yang harus dilayani. Mudah-mudahan ke depan kita bisa lebih baik lagi untuk pelayanan daerah pinggiran, khususnya anak-anak sekolah,” kata Agus.
Agus sudah berkomunikasi dengan pemerintah atasan agar Jember diprioritaskan. “Masyarakat daerah pinggiran Jember sangat butuh pelayanan angkutan perintis, terutama angkutan untuk anak sekolah. Nantinya saya akan tarik rutenya sampai Pantai Bandealit karena sudah ada jalan yang dibangun Bupati Hendy Siswanto di sana,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi C DPRD Jember David Handoko Seto mengatakan, belum ada penandatanganan nota kesepahaman kembali antara pemerintah dengan pengelola angkutan darat perintis. “Rencananya akan diusulkan tahun ini dengan lebih menekan biaya,” katanya.
Sebelumnya, tarif penumpang angkutan perintis dari Terminal Ambulu menuju Payangan Rp 12 ribu per orang. Sementara tarif untuk trayek lainnya Rp 6 ribu per orang. “Itu nanti akan ditekan sampai angka Rp 5 ribu,” kata David.
Penyedia jasa transportasi ridak perlu menyewa ‘pool’. “Bisa memanfaatkan aset pemerintah daerah. Di sini kita punya Terminal Pakusari, Terminal Ajung, dan lainnya yang bisa digunakan,” kata David.
Masyarakat berharap bus-bus perintis bisa beroperasi kembali. “Kalau soal kecukupan anggaran, insyaallah pada 2025 ini dibutuhkan anggaran Rp 7 miliar sekian,” kata David.
“Tapi kami masih menunggu regulasi yang akan diterapkan pemerintah pusat. Khawatirnya kalau hari ini dilaksanakan demi memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa regulasi yang jadi cantolan hukum, kita akan alami kesulitan ketika pemeriksaan,” tambah David.
David berjanji akan memperjuangkan ketersediaan layanan angkutan darat perintis. “Mengingat di pelosok-pelosok seperti Andongrejo dan Payangan, kendaraan ini sangat dibutuhkan masyarakat, terutama kalangan pedagang, anak sekolah. Ini dikarenakan jam operasi bus pada saat jam berangkat dan pulang sekolah,” katanya.
Komisi C berharap segera memperoleh kepastian regulasi. “Kalau target kapan dilaksanakan, kami butuh pemetaan dulu, dari masyarakat kebutuhannya bagaimana, termasuk hasil kajian Dinas Perhubungan,” kata David. [wir]