Kisah Mahasiswi UBSI di Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Politeknik Negeri Batam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perjalanan pendidikan yang penuh tantangan, Syafa Mazidatul Aufa, mahasiswi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Cengkareng, tak hanya sekadar mengejar ilmu. Ia juga memilih untuk mengukir...

Kisah Mahasiswi UBSI di Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Politeknik Negeri Batam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perjalanan pendidikan yang penuh tantangan, Syafa Mazidatul Aufa, mahasiswi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Cengkareng, tak hanya sekadar mengejar ilmu. Ia juga memilih untuk mengukir pengalaman luar biasa dengan mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang membawanya jauh dari Pulau Jawa menuju Politeknik Negeri Batam. Sebuah pengalaman yang mengubah pandangannya tentang dunia pendidikan dan kebinekaan Indonesia.

Syafa memutuskan untuk mengikuti program ini dengan satu tujuan, mengeksplorasi pulau di luar Pulau Jawa dan merasakan langsung kehidupan akademik di kampus negeri. “Saya ingin tahu bagaimana dinamika belajar di kampus lain, terutama kampus negeri yang terkenal dengan sistem pembelajarannya. Ini kesempatan langka untuk keluar dari zona nyaman,” ujar Syafa dengan semangat, saat ditemui pada Rabu (15/1/2025).

Perjalanan untuk bisa menjadi bagian dari PMM tidaklah mudah. Proses seleksi yang panjang dan ketat menjadi tantangan awal yang harus dilewati Syafa. “Seleksi dimulai dari tahap internal kampus, di mana kami diwawancarai hingga hanya tersisa 30 mahasiswa. Lalu kami melanjutkan proses pendaftaran secara online melalui website PMM, mengisi berbagai administrasi, mengikuti tes kebinekaan, dan VACT. Semua tahapan tersebut akhirnya menghasilkan pengumuman kelulusan yang saya terima dengan penuh rasa syukur,” kenangnya.

Namun, tantangan yang paling besar datang saat Syafa berada di kampus penerima. Politeknik Negeri Batam, yang mengusung sistem pembelajaran berbasis Problem-Based Learning (PBL), membuatnya merasakan perbedaan signifikan dengan kampus asal. “Sistem pembelajarannya sangat berbeda, lebih disiplin dan intensif. Tentu saja ini menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar untuk berkembang,” kata Syafa, yang merasa semakin terasah dalam proses belajar mengajar yang lebih ketat.

Meskipun tantangan datang bertubi-tubi, Syafa menganggapnya sebagai pengalaman berharga. “Di sini saya belajar banyak, tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang budaya. Saya tinggal di asrama bersama teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia, dan setiap hari kami saling bertukar cerita tentang kebudayaan dan bahasa daerah. Pengalaman ini sangat memperkaya pandangan saya tentang kebinekaan di Indonesia,” ungkapnya dengan penuh antusiasme.

Lebih dari sekadar memperluas wawasan akademik, Syafa juga menyebutkan bahwa program ini memberinya kesempatan untuk menjalin pertemanan dan mempererat hubungan antar mahasiswa dari seluruh Indonesia. “Kami benar-benar merasakan bagaimana keberagaman Indonesia itu nyata. Dalam perbedaan, kami saling mengisi dan belajar bersama, dan itu membuat kami semakin dekat satu sama lain,” tambahnya.

Kini, setelah menyelesaikan program tersebut, Syafa berencana untuk menyelesaikan Tugas Akhir dan mencari kesempatan magang. “Setelah selesai dengan studi D3 saya, saya ingin menjelajahi Indonesia lebih jauh lagi. Saya ingin mengunjungi teman-teman dari PMM dan merasakan pengalaman baru di berbagai tempat,” ujarnya dengan semangat membara.

Syafa pun memberikan pesan kepada mahasiswa lain yang berminat mengikuti program serupa. “Jangan takut mencoba, meskipun harus berangkat sendirian. Program ini benar-benar memberikan pengalaman yang sangat berharga. Jadi, jangan ragu untuk mendaftar dan meraih kesempatan ini,” katanya dengan percaya diri.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) memang bukan sekadar program akademik, tetapi juga sarana untuk memupuk rasa kebinekaan, mempererat hubungan antar mahasiswa, dan membuka peluang bagi generasi muda untuk menjadi pribadi yang lebih matang dan siap menghadapi tantangan di masa depan.