Mayjen Novi Helmy Jadi Dirut Bulog, TNI: Berdasarkan MoU dengan Kementerian BUMN
Kapuspen TNI mengatakan Mayjen Novi Helmy ditunjuk menjadi Dirut Bulog karena memiliki pengalaman di bidang pembinaan Babinsa dan punya jaringan luas.
![Mayjen Novi Helmy Jadi Dirut Bulog, TNI: Berdasarkan MoU dengan Kementerian BUMN](https://statik.tempo.co/data/2025/02/09/id_1375907/1375907_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar (Mabes) TNI memastikan penunjukan Prasetya sebagai Direktur Utama (Dirut) Perum berdasarkan kesepakatan bersama antara TNI dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Penunjukan Mayjen TNI Novi Helmy sebagai Direktur Utama Bulog merupakan bagian dari kerja sama strategis antara TNI dan BUMN yang didasarkan pada nota kesepahaman (MoU) antara kedua institusi, yang telah dilaksanakan sebelumnya,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Hariyanto saat dikonfirmasi pada Senin, 10 Februari 2025, seperti dikutip dari Antara.
Hariyanto tidak menjelaskan secara detail apa saja kerja sama yang diatur antara TNI dan Kementerian BUMN dalam MoU tersebut.
Mengutip dari berita di situs web TNI yang terbit pada Selasa, 26 Maret 2024, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Menteri BUMN Erick Thohir menandatangani MoU sinergitas tugas dan fungsi TNI dan Kementerian BUMN di Wisma A. Yani, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 25 Maret 2024. TNI dan Kementerian BUMN sepakat meningkatkan kerja sama dalam berbagai bidang strategis untuk mendukung pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam sambutannya, Panglima TNI mengatakan MoU itu merupakan pedoman kerja sama antara TNI dan Kementerian BUMN guna koordinasi dan sinergi kedua institusi. “Beberapa ruang lingkup kerja sama ini, di antaranya pemanfaatan SDM, pendidikan dan latihan, fasilitas serta sosialisasi, pengamanan aset vital strategis dan personel, serta operasional wilayah kerja BUMN,” kata dia kala itu.
Menurut Kapuspen TNI, Novi Helmy ditunjuk sebagai Dirut Bulog karena dianggap memiliki pengalaman di bidang pembinaan Babinsa serta memiliki jaringan yang luas. Pengalaman itu dianggap dapat mempermudah Bulog dalam menjalankan program ketahanan pangan nasional. “Panglima TNI telah menyetujui permintaan tersebut, setelah mempertimbangkan aspek strategis dan kontribusi yang dapat diberikan oleh Mayjen TNI Novi Helmy di Bulog,” ujar Hariyanto.
Dengan penunjukan Novi Helmy sebagai Dirut Perum Bulog, kata dia, TNI berharap jajarannya dapat memberikan kontribusi lebih banyak dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. “TNI selalu mendukung kebijakan yang berorientasi pada kepentingan nasional, termasuk dalam menjaga ketahanan pangan sebagai bagian dari ketahanan nasional,” kata dia.
Alasan Erick Thohir Tunjuk TNI Aktif sebagai Dirut Bulog
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan alasan memilih anggota TNI aktif, Mayor Jenderal Novi Helmy Prasetya, sebagai Dirut Bulog. Novi adalah Asisten Teritorial Panglima TNI sejak Februari 2024.
Menurut Erick, keputusan tersebut dilakukan dalam rangka penyegaran pada perusahaan yang bertugas antara lain mengelola dan mendistribusikan pangan ini. Padahal, Wahyu Suparyono, dirut sebelumnya, belum genap enam bulan menjabat sejak dilantik pada September 2024.
Erick mengambil pilihan itu untuk memaksimalkan program penyerapan 3 juta gabah sebagaimana instruksi Presiden Prabowo Subianto. “Perlu ada penyegaran dan perlu semua sistem pendukung untuk memastikan penugasan ini maksimal. Karena yang terpenting jangan sampai sekarang kita menuju swasembada beras tapi penyerapannya tidak maksimal,” ujarnya saat ditemui di Kantor BUMN, Jakarta, Senin.
Dia juga menganggap pilihannya menunjuk Mayjen Novi Helmy sebagai dirut merupakan pilihan biasa sebagaimana dia memilih ingin pergi ke Bank Indonesia (BI) atau ke tempat lainnya.
Ihwal dugaan menyalahi aturan lantaran menunjuk Novi yang masih berstatus prajurit TNI sebagai Dirut, Erick mengatakan saat ini bukan saatnya memikirkan soal benar atau salah. Menurutnya, yang lebih penting adalah memikirkan bagaimana caranya bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif. “Bukan salah dan benar, tapi bagaimana kita perlu melihat dari perspektif lain,” tuturnya.
Dede Leni Mardianti, Novali Panji Nugroho, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: