Mengenal Teknologi AI Video Deepfake dan Segunung Bahayanya
Teknologi AI menggunakan video deepfake harus makin diwaspadai karena bisa menjadi pola kejahatan siber yang baru.
TEMPO.CO, Jakarta - Pesatnya perkembangan teknologi saat ini turut meningkatkan risiko kejahatan di internet. Salah satu inovasi yang memudahkan namun juga membahayakan banyak orang adalah Artificial Intelligence (AI) yang marak digunakan untuk melakukan penipuan, termasuk dengan merekayasa video sehingga nampak sangat realistis atau dikenal sebagai ideo.
Lantas apa saja yang perlu diketahui tentang video deepfake itu?
Baca berita dengan sedikit iklan,
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan Kecerdasan Buatan atau mulai mengkhawatirkan bagi banyak orang, pasalnya teknologi ini tak hanya membantu pekerjaan manusia namun juga dinilai membahayakan terutama dalam aspek privasi dan keamanan digital. Salah satu inovasi AI yang banyak dibicarakan adalah Deepfake Video.
Mengenal Deepfake Video
Dilansir dari Usa Today, penipu akan terus berusaha
mengubah taktik dengan berbagai tipu daya dan teknik, dan
penggunaan AI untuk hal tersebut semakin menonjol, termasuk
untuk menghasilkan .
Deepfake Video adalah video rekayasa yang diproduksi menggunakan teknologi AI untuk memanipulasi atau memutarbalikkan fakta tentang apa yang sebenarnya dilakukan atau dikatakan seseorang. Penggunaan Deepfake Video untuk melakukan kejahatan penipuan bisa menyerang siapa saja, namun sering kali video tersebut digunakan dalam berbagai macam penipuan termasuk soal investasi, hubungan seksual atau asmara, politik, dan berbagai jenis lainnya.
Menurut Korea Times, Kim Min-ho, seorang profesor dari Universitas Sungkyunkwan, pernah mengatakan, "Teknologi deepfake sudah ada selama beberapa tahun, tetapi menjadi masalah serius ketika orang biasa bisa membuatnya dengan mudah tanpa biaya. Aktivitas ilegal ini perlu diawasi dan ditindak melalui platform seperti Telegram."
Seperti yang diketahui, masyarakat dunia saat ini telah memasuki era "post-truth". Ini berarti semakin sulit untuk mengetahui apakah apa yang dilihat secara daring itu memang nyata dan benar adanya atau telah dibuat menggunakan AI oleh seseorang yang ingin menipu orang lain, seperti yang dilakukan segelintir orang dengan memanfaatkan deepfake video.
Tidak diragukan lagi, video palsu memang berpotensi menjadi bentuk konten palsu yang paling menipu di masa kini. Padahal jika menengok ke belakang, bukti video dulunya merupakan standar kebenaran yang utama, bahkan dalam masalah hukum, yang saat ini justru berlaku sebaliknya.
Pada 2020, peneliti di University College London menilai teknologi deepfake sebagai "kejahatan berbasis AI paling berbahaya yang dapat terjadi dalam 15 tahun ke depan."
Penilaian ini merupakan hasil diskusi antara 31 pakar dari kalangan akademisi dan penegak hukum, yang mengevaluasi 18 jenis kejahatan berdasarkan faktor seperti potensi bahaya dan kelayakan. Teknologi deepfake menjadi perhatian utama karena potensi penyalahgunaannya dalam kejahatan serius, sebagaimana dilaporkan Korea Times.
Selain itu, menurut laman Forbes, Deepfake Video merupakan ancaman baru di era AI — artinya video ini menimbulkan risiko yang belum pernah dihadapi individu, bisnis, dan masyarakat sebelumnya. Kemampuan untuk membuat konten video palsu yang dapat mengelabui orang hingga menganggapnya nyata berpotensi memengaruhi opini publik dan bahkan mengganggu proses dan lembaga demokrasi.
Penipuan deepfake diketahui menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi warga Amerika yang berusia lanjut, yang melaporkan kerugian akibat penipuan sebesar $3,4 miliar pada 2023 (peningkatan 11 persen dari tahun 2022), dikutip dari laman ncoa.org.
Sementara di Korea, penggunaan deepfake untuk memengaruhi pemilu juga semakin meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh anggota Partai Demokrat Korea, Han Byung-do, dari Komisi Pemilihan Nasional (NEC), terdapat 388 unggahan kampanye ilegal menggunakan deepfake yang dilaporkan selama periode kampanye pemilu umum pada 10 April.
Tak berhenti di sana, para selebritas, yang sering tampil di depan kamera, juga sering menjadi target kejahatan ini. Dua tahun lalu, sebuah kelompok penipu membuat video deepfake dari aktor Jo In-sung dan Song Hye-kyo untuk mengajak investasi, yang kemudian menipu banyak korban.
Pada Februari 2024, terjadi kasus di Hong Kong yang melibatkan deepfake wajah orang biasa. Menurut CNN, seorang karyawan perusahaan multinasional mentransfer sekitar $25 juta setelah menerima permintaan dari seseorang yang ia percaya sebagai kepala keuangan perusahaan.
Awalnya, karyawan tersebut curiga dengan email itu, tetapi kecurigaannya mereda setelah melihat wajah-wajah yang dikenalnya dalam konferensi video dengan kolega lainnya. Namun, seluruh video tersebut ternyata adalah deepfake.
Data-data tersebut adalah bukti dari seberapa berbahayanya Deepfake Video, yang merupakan hasil dari ketidakbijaksanaan seseorang dalam menggunakan teknologi. Sementara teknologi deepfake terus berkembang pesat, orang-orang juga sulit untuk menghentikannya karena sekarang sudah mudah bagi siapa saja untuk membuat dan menyebarkan konten seperti itu.
Oleh sebab itu, maka sudah seharusnya setiap individidu meningkatkan kewaspadaan untuk melindungi data-data pribadi dan lebih berhati-hati ketika melihat berbagai video yang tersedia di internet. Selain itu, ada baiknya mempelajari tanda-tanda yang mengindikasikan sebuah video bukan asli tapi hasil Deepfake Video.
Pilihan Editor: