Mengenali Tatung, Tradisi Cuci Jalan Saat Cap Go Meh
Cap Go Meh merupakan tradisi yang dirayakan pada hari terakhir perayaan Imlek, yaitu pada hari kelima belas.
![Mengenali Tatung, Tradisi Cuci Jalan Saat Cap Go Meh](https://statik.tempo.co/data/2025/02/12/id_1376719/1376719_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Momen kerap dirayakan dengan berbagai pertunjukan budaya khas dari etnis Tionghoa. Tradisi dan ritual ini telah berkembang di berbagai wilayah Indonesia dan berbagai belahan dunia.
Cap Go berarti lima belas dan Meh berarti malam, atau malam ke lima belas. Cap Go Meh merupakan tradisi yang dirayakan pada hari terakhir perayaan Imlek, yaitu pada hari kelima belas.Tradisi ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah dan rezeki yang diterima sepanjang tahun, sekaligus sebagai doa agar tahun berikutnya membawa keberuntungan yang lebih baik.
Sebagai penutup dari perayaan Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh biasanya diramaikan dengan berbagai hidangan tradisi kuliner, pertunjukan kesenian, seperti lampion, tarian barongsai, dan berbagai atraksi, salah satunya atraksi Tatung.
Dikutip dari buku Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat karya XF Asali yang diterbitkan pada tahun 2008, disebutkan bahwa ritual Tatung pertama kali dikenal pada Dinasti Tung Zhou, sekitar tahun 770 SM hingga 256 SM.
Tatung, atau Ta-thung, adalah seorang dukun (lauya) Tionghoa yang dipercaya kerasukan roh leluhur. Tatung muncul pada perayaan , yaitu hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, sebagai acara penutupan perayaan. Tradisi Tatung dikenal dengan unjuk kesaktian, di mana mereka melakukan aksi ekstrem seperti menusukkan benda tajam ke tubuh dan kemudian memasuki trance untuk bertransformasi menjadi berbagai dewa atau dewi Tiongkok.
Dilansir dari Antara, pada masa itu, para petani menempatkan lampion di sekitar ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang yang merusak tanaman. Kemudian, mereka menambahkannya dengan bunyi-bunyian, permainan barongsai, dan arak-arakan tatung sebagai bentuk tolak bala dan untuk memeriahkan suasana.
Kepercayaan dan tradisi budaya ini terus berkembang dan diteruskan, baik di daratan Tiongkok maupun oleh para perantau di seluruh dunia, menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di negara masing-masing, termasuk di Indonesia.
Salah satu daerah di Indonesia yang dikenal dengan tradisi Tatung yang meriah adalah Singkawang. Tradisi ini dilaksanakan secara turun-temurun, diwariskan oleh nenek moyang mereka di daratan Tiongkok.
Tatung juga melakukan ritual "cuci jalan" atau upacara pembersihan kota di utara Kalimantan Barat, sekitar 145 kilometer dari Pontianak, untuk menyambut Tahun Baru Imlek. Arak-arakan Tatung biasanya melintasi jalanan dan singgah di berbagai pekong, sambil membaca mantra atau jampi untuk mengusir roh jahat dari kota tersebut. Ritual ini dilaksanakan pada hari ke-14 Imlek.
Pada puncak perayaan, Tatung ikut serta dalam karnaval dan atraksi keliling kota untuk menghibur para wisatawan dan pengunjung. Dipengaruhi oleh roh leluhur, mereka memperlihatkan kemampuan luar biasa, seperti ketahanan terhadap benda tajam seperti parang, tombak, dan paku.
Pada masa Orde Baru, perayaan Imlek juga ritual tatung, dilarang untuk dipertontonkan di depan umum. Namun, pada era kepemimpinan Gus Dur, acara tersebut diperbolehkan kembali dan terus dilaksanakan hingga sekarang. Warga Tionghoa kini memiliki kebebasan lebih untuk merayakan tradisi serta melaksanakan upacara keagamaan dan budaya mereka.
Kehadiran ritual tatung juga berhasil menarik perhatian wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain memperkenalkan Singkawang ke dunia internasional, Tatung juga turut berkontribusi dalam peningkatan perekonomian daerah tersebut.
Dimas Kuswantoro turut berkontribusi
dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: