Pasar Hewan di Jember Sepi, Pedagang: Penjualan Sapi Anjlok 50 Persen Lebih
Pasar Hewan di Jember Sepi, Pedagang: Penjualan Sapi Anjlok 50 Persen Lebih. ????Sejumlah pasar hewan di Kabnpaten Jember, Jawa Timur, sepi pengunjung dan pedagang. Penjualan merosot menyusul terjadinya wabah penyakit mulut dan kuku sejak November 2024. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Jember (beritajatim.com) – Sejumlah pasar hewan di Kabnpaten Jember, Jawa Timur, sepi pengunjung dan pedagang. Penjualan merosot menyusul terjadinya wabah penyakit mulut dan kuku sejak November 2024.
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember mencatat 1.031 ekor sapi di 29 kecamatan terjangkit PMK hingga 12 Januari 2025. Tertinggi di Kecamatan Tempurejo (271 kasus), Bangsalsari (123 kasus), dan Ambulu (80 kasus). Hanya dua kecamatan yang dilaporkan tak memiliki kasus PMK, yakni Kaliwates dan Sukorambi.
Pemerintah Kabupaten Jember belum memutuskan penutupan sementara tujuh pasar hewan di Kecamatan Bangsalsari, Rambipuji, Jenggawah, Kencong, Gumukmas, Kalisat, dan Mayang. Berbeda dengan pasar tradisional biasa yang buka setiap hari, masing-masing pasar hewan buka setiap pekan sekali.
Kendati tidak ada penutupan, aktivitas di pasar hewan Jenggawah turun drastis. “Sabtu kemarin (18/1/2025), hanya empar sapi yang dibawa ke pasar. Kambingnya tidak ada sama sekali yang dibawa ke pasar,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jember Yuiliana Harimurti, Rabu (22/1/2025).
Hal serupa ditemui di pasar hewan Kencong. “Bahkan hari pasaran Rabu minggu kemarin, hampir tidak ada pengunjung,” kata Yuliana.
Sementara itu, di pasar hewan Menampu, Kecamatan Gumukmas, perdagangan kambing berjalan seperti biasa. Pasar hewan di Mayang juga buka seperti biasa. “Pasar hewan Rambipuji dan Kalisat tetap buka pula meskipun jumlah sapinya turun drastis dan sepi sejak adanya PMK,” kata Yuliana.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Hewan Kabupaten Jember Achmad One Prasetyono mengaku khawatir dengan kondisi saat ini. “Perdagangan ke luar kota serba salah. Mau dilakukan, kita dalam kondisi tidak bagus. Takut (penyakit) menyebar. Tapi kalau tidak dilakukan, ini menyangkut hajat hidup para pedagang,” katanya.
Perdagangan ternak antarkota saat ini menurut Prasetyono masih berjalan dengan volume lebih kecil. “Yang parah adalah pedagang-pedagang pengepul yang banyak mengalami kerugian karena kematian ternak,” katanya.
Perdagangan di sejumlah pasar hewan masih berlangsung. “Tapi dengan kondisi ini seperti kurang kondusif. Pedagang maupun pelaku usaha potong ternak dalam kondisi terjepit. Penurunan penjualan pasti terjadi, bisa sampai 50 persen bahkan lebih dibanding kondisi sebelumnya,” kata Presetyono.
Harga ternak pun anjlok sekali. “Penurunannya bisa sampai 30 persen. Pembeli sangat hati-hati dalam memilih hewan ternak yang akan dikonsumsi maupun dipelihara,” kata Prasetyono. [wir]