Pemkab Banyuwangi Tanggapi Viral Penari Gandrung Berpakaian Adat dengan Musik Remix
Pemkab Banyuwangi Tanggapi Viral Penari Gandrung Berpakaian Adat dengan Musik Remix. ????Pemkab Banyuwangi menanggapi video viral penari Gandrung yang mengenakan pakaian adat dengan musik remix. Diskusi digelar bersama budayawan untuk mencari solusi terbaik. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Banyuwangi (beritajatim.com) – Media sosial dihebohkan dengan video viral yang menampilkan penari karnaval mengenakan pakaian Gandrung, tarian tradisional khas Banyuwangi, namun menari dengan iringan musik remix. Fenomena ini menuai beragam reaksi dari masyarakat, termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.
Untuk meredam polemik yang terjadi, Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengundang seluruh pemangku kepentingan untuk berdiskusi dan memberikan masukan terkait permasalahan tersebut. Bertempat di Lounge Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, diskusi ini melibatkan Dewan Kesenian Blambangan (DKB), pengurus paguyuban Pelatih Seni Tari Banyuwangi, serta SKPD terkait.
“Dalam menari Gandrung itu ada pakem-pakemnya untuk dilakukan, termasuk dalam mengenakan pakaian Gandrung tidak bisa seenaknya. Mudah-mudahan masyarakat dimanapun bisa mengerti apa batasan dalam mengenakan pakaian adat tradisional daerah manapun,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Taufik Rohman.
Taufik menjelaskan bahwa untuk menjadi penari Gandrung profesional, seseorang harus menguasai teknik gerakan serta beberapa gendhing atau tembang yang dibawakan. Mereka juga harus melewati ritual sakral Meras Gandrung sebagai prosesi kelulusan.
“Setelah memenuhi kriteria tersebut, para penari harus mengikuti ritual sakral Meras Gandrung, yaitu ritual sebagai wujud prosesi kelulusan penari Gandrung,” imbuhnya.
Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Hasan Basri, turut menyayangkan kejadian ini. Melalui saluran telepon, ia menghubungi penari yang viral dan menjelaskan pakem-pakem pakaian Gandrung yang memiliki makna tersendiri.
“Jadi begini mbak Dela, setiap pakaian Gandrung mulai dari atas hingga bawah itu ada maknanya. Bahkan untuk menjadi Gandrung profesional ini memiliki ritual-ritual khusus. Kami berharap ke depan tidak ada lagi kejadian serupa. Kita harus tetap menjaga dan menjunjung norma adi luhung,” ungkap Hasan Basri.
Menanggapi hal tersebut, penari viral bernama Dela menyampaikan permohonan maaf melalui telepon.
“Saya sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kurangnya pengetahuan dalam hal tari Gandrung. Mengingat saya waktu itu diundang untuk menari dan mengenakan pakaian yang telah disiapkan oleh panitia. Mohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Banyuwangi. Ini merupakan pembelajaran penting bagi saya,” ungkap Dela.
Sementara itu, Ketua Pelatih Seni Tari Banyuwangi, Suko Prayitno, mengimbau agar panitia karnaval lebih bijak dalam pemilihan kostum untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan.
“Saya sangat senang jika tari Gandrung dibawakan dalam karnaval apapun dengan gerakan dan pakaian sesuai pakem. Namun, jika memang tidak sesuai norma-normanya, saya harap tidak untuk menggunakan pakaian adat tradisional manapun supaya tidak terkesan negatif,” pungkas Suko. [alr/beq]