CIA Kembangkan Chatbot AI untuk Prediksi Perilaku Pemimpin Dunia
CIA Kembangkan Chatbot AI untuk Prediksi Perilaku Pemimpin Dunia. ????Central Intelligence Agency (CIA) secara diam-diam memperluas penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI), termasuk penggunaan chatbot yang memicu perhatian. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Surabaya (beritajatim.com) – Central Intelligence Agency (CIA) atau dinas rahasia AS secara diam-diam memperluas penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI), termasuk penggunaan chatbot yang memicu perhatian.
Teknologi ini dirancang untuk membantu analis memprediksi respons para pemimpin dunia dalam situasi tertentu.
Dilaporkan oleh The New York Times (NYT), CIA tengah mengembangkan platform yang memungkinkan analis untuk “berbicara” dengan model AI yang menyerupai pemimpin dunia. Langkah ini bertujuan untuk memperkirakan perilaku mereka.
Biasanya, prediksi perilaku ini dilakukan melalui pengumpulan data manual seperti profil berdasarkan informasi publik dan intelijen yang dikumpulkan. Dengan teknologi ini, analis dapat berinteraksi langsung dengan model AI berbasis large language models (LLMs) yang dilatih menggunakan data serupa, memungkinkan proses analisis menjadi lebih cepat dan efisien.
Meski begitu, NYT tidak mengungkapkan secara rinci bagaimana platform ini digunakan atau siapa yang membantu mengembangkannya.
Namun, wawancara dengan Nand Mulchandani, Chief Technology Officer (CTO) pertama CIA sekaligus mantan pejabat AI Pentagon, menunjukkan bahwa tingkat kerahasiaan dalam pengembangan ini memang disengaja.
Mulchandani, yang memiliki latar belakang di Silicon Valley, menampilkan grafik birokrasi kompleks di kantornya.
Grafik ini menggambarkan banyaknya persetujuan yang diperlukan untuk memungkinkan kolaborasi dengan sektor swasta. Mulai dari pengurusan kontrak hingga penghapusan hambatan proyek, proses ini memerlukan diskusi rahasia dan birokrasi yang ketat.
Birokrasi ini, menurut CIA, menjadi kendala dalam upaya mereka mengikuti inovasi teknologi global, terutama untuk menghadapi China sebagai pesaing utama dalam teknologi.
Dorongan Inovasi
Sejak menjabat dua setengah tahun lalu, Mulchandani telah
berupaya membawa perubahan besar dalam pendekatan CIA terhadap
teknologi. Ia mempermudah perusahaan swasta untuk bekerja sama
dengan agensi tersebut.
Deputi Direktur CIA untuk Inovasi Digital, Juliane Gallina, mengatakan bahwa CIA mulai membuka diri agar lebih banyak perusahaan mau bermitra dengan mereka.
“Semakin banyak kami berbagi tentang bagaimana kami menggunakan teknologi, cara kami mendapatkannya, dan tujuan penggunaannya, semakin banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan kami,” kata Gallina dalam wawancara dengan NYT.
Meski begitu, CIA belum memberikan kepastian apakah publik akan diberi akses untuk mengetahui bagaimana dana pajak digunakan dalam proyek ini. (ted)