Kemenperin: Pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan ekspor furnitur
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan peralihan masa pandemi COVID-19 ke kondisi pascapandemi membawa ...
![Kemenperin: Pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan ekspor furnitur](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/13/IMG_1249.jpeg)
Sekarang trennya adalah permintaan produk ramah lingkungan dan kita melihat dari sisi investasi saat ini juga semakin tumbuh
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan peralihan masa pandemi COVID-19 ke kondisi pascapandemi membawa perubahan pada kinerja ekspor kayu olahan dan furnitur Indonesia.
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Krisna Septiningrum mengatakan terjadi penurunan kinerja ekspor dari tahun ke tahun yang terjadi pada komoditas kayu olahan dan furnitur.
"Jadi memang ada shifting yang cukup signifikan. Ini sebetulnya ada perubahan karena pada masa pandemi COVID, orang-orang senang mengulik-ngulik rumahnya, ini terkait dengan kayu, furnitur," ujar Krisna dalam jumpa pers Pra-ajang Ligna Hannover 2025 di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data Kemenperin, ekspor industri kayu olahan tercatat 3,99 miliar dolar AS pada 2023. Angka ini menurun 14 persen dari tahun 2022 yang senilai 4,66 miliar dolar AS, pada 2021 4,93 miliar dolar AS dan di 2020 tercatat 3,79 miliar dolar AS.
Sementara ekspor industri furnitur, pada 2023 tercatat 1,85 miliar dolar AS, menurun 25 persen dibandingkan 2022 senilai 2,47 miliar dolar AS, sedangkan pada 2021 senilai 2,53 miliar dolar AS dan 2020 1,89 miliar dolar AS.
Kondisi pandemi COVID-19, menciptakan fenomena baru yakni mengganti meja, kursi dan perabot rumah tangga lainnya. Hal ini menjadikan kinerja ekspor kayu olahan dan furnitur Indonesia naik signifikan pada 2021.
"Memang di sini terlihat shifting yang cukup signifikan. Tapi kalau melihat yang 2022-2023, itu sebetulnya sudah mulai kembali lagi seperti data di 2018 sampai 2020," kata Krisna.
Ia menyampaikan negara tujuan ekspor terbesar kayu olahan Indonesia adalah China, Kanada, Jerman dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk furnitur, negara tujuannya adalah China, Vietnam, Jerman dan Italia.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan nilai ekspor di bidang kayu olahan dan furnitur.
Menurut dia, saat ini pertumbuhan sektor properti di pasar non tradisional seperti India dan Timur Tengah membuka peluang untuk ekspor furnitur.
Selain itu, Indonesia juga bisa mengisi pasar kayu olahan dan furnitur dengan bahan ramah lingkungan.
"Sekarang trennya adalah permintaan produk yang ramah lingkungan dan kita juga melihat dari sisi investasi juga saat ini semakin tumbuh," kata Krisna.
Baca juga:
Baca juga:
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025