Pemprov Bali percepat penanganan rabies melalui Smile didukung UNDP

Pemerintah Provinsi Bali mempercepat penanganan rabies melalui pemanfaatan aplikasi Sistem Monitoring Inventaris ...

Pemprov Bali percepat penanganan rabies melalui Smile didukung UNDP
Isu rabies sensitif terhadap pariwisata di Bali. Untuk itu aplikasi ini mempercepat penanganan sekaligus memberikan kepastian terkait kesiapan program dan SDM untuk menangani rabies

Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bali mempercepat penanganan rabies melalui pemanfaatan aplikasi Sistem Monitoring Inventaris Logistik Kesehatan secara Elektronik (Smile) yang didukung Organisasi PBB Bidang Program Pembangunan (UNDP).

“Kami bisa mencatat stok real time di semua puskesmas kabupaten/kota,” kata Epidemiolog Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Wayan Pujana di Denpasar, Bali, Selasa.

Ia menjelaskan sebelum 2024, pihaknya memantau stok vaksin rabies kepada manusia secara manual dengan cara menghubungi satu per satu dinas kabupaten/kota, untuk selanjutnya diteruskan ke bagian farmasi.

Cara tersebut membutuhkan proses panjang sehingga lamban dalam penanganan rabies yang merupakan penyakit mematikan dengan tingkat kematian mencapai hampir 100 persen.

Berbekal pengalaman saat pandemi COVID-19 lebih cepat dalam penanganan karena memanfaatkan aplikasi itu, kata dia, maka Pemprov Bali melalui Dinas Kesehatan meminta Kementerian Kesehatan untuk pemanfaatan aplikasi tersebut, yang kemudian diteruskan dan ditindaklanjuti oleh UNDP.

Baca juga:

Setelah melalui kajian dan diskusi, lanjut dia, pada Februari 2024 aplikasi Smile untuk logistik rabies dapat diterapkan di Bali.

Selain stok, melalui aplikasi itu pihaknya juga dapat memantau suhu penyimpanan vaksin, masa kadaluarsa, hingga memantau fasilitas kesehatan yang sudah waktunya memasok vaksin antirabies (VAR).

Di sisi lain, lanjut dia, upaya edukasi dan sosialisasi bahaya rabies hingga vaksinasi hewan penular rabies (HPR) termasuk anjing dan kucing juga digencarkan melalui Dinas Pertanian.

Pujana mengungkapkan Bali menjadi provinsi ke-14 yang terdapat rabies sejak November 2008.

Ia menjelaskan puncak kasus rabies di Bali terjadi pada 2022 dengan jumlah kasus gigitan HPR mencapai sekitar 72 ribu dengan angka kematian saat itu mencapai 22 kasus.

“Isu rabies sensitif terhadap pariwisata di Bali. Untuk itu aplikasi ini mempercepat penanganan sekaligus memberikan kepastian terkait kesiapan program dan SDM untuk menangani rabies,” katanya.

Sementara itu, Deputi Perwakilan Tetap UNDP Indonesia Sujala Pant dalam kesempatan yang sama mengungkapkan apresiasinya memperkuat tata kelola kesehatan, layanan hingga penanganan penyakit tertentu.

Baca juga:

Untuk itu, ia mendatangi Puskesmas I Denpasar Selatan untuk meninjau implementasi solusi digital dan teknologi terkini dalam sistem layanan kesehatan Indonesia salah satunya melalui Smile.

“Sistem Smile itu luar biasa dari dulu dan sampai saat ini yang dapat diaplikasikan untuk program prioritas cek kesehatan gratis jadi perlu materi dan komoditas untuk melakukan itu,” ucap Sujala.

Selain meninjau Puskesmas, perwakilan UNDP di Indonesia itu juga meninjau RSUP Prof Ngoerah Denpasar terkait pemanfaatan aplikasi itu dalam pengelolaan limbah medis, serta di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terkait penerapan teknologi terkait deteksi dini penyakit menular seperti influenza dan COVID-19.

UNDP Indonesia mencatat Smile merupakan aplikasi yang didanai oleh aliansi global untuk vaksin dan imunisasi, GAVI, yang memungkinkan pemantauan terkini terhadap distribusi vaksin serta obat-obatan untuk HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria (ATM) serta perbekalan medis esensial lainnya.

Di Indonesia, sistem tersebut telah berperan mendistribusikan lebih dari 900 juta dosis vaksin, termasuk 3,5 juta vaksin imunisasi rutin dan 74 ribu vaksin anti rabies khusus untuk Bali.

Hingga Desember 2024, aplikasi itu juga memantau sekitar 129 juta obat program ATM, termasuk 22 juta obat tuberkulosis, kemudian 13,5 juta terapi malaria dan 93 juta antiretroviral (ARV).

Di Bali, tercatat sebanyak 338 ribu obat tuberkulosis, 20 ribu terapi malaria dan lima juta ARV sudah terdistribusi.

Baca juga:

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025