Pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa yang beradab

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di bawah Prof. Dr. Abdul Mu'ti tahun 2025 ini kembali ...

Pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa yang beradab

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di bawah Prof. Dr. Abdul Mu'ti tahun 2025 ini kembali membuat terobosan baru, menanamkan kebiasaan positif yang dapat membentuk karakter anak-anak Indonesia agar menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul.

Kebijakan Kemendikdasmen tersebut adalah implementasi dari Pasal 31 UUD 1945 tentang pendidikan. Ayat 3 dalam pasal tersebut menyatakan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Kemudian ayat 5, Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Sebenarnya pendidikan karakter era pemerintah Prabowo Subianto sekarang ini adalah kelanjutan dari pendidikan karakter yang telah digulirkan pemerintah sebelumnya yang telah dicanangkan sejak era Presiden SBY, Menteri Pendidikan periode 2009-2014 Prof Mohammad Nuh.

Kebijakan ini dilanjutkan di era Jokowi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016 memformulasikan nilai-nilai dalam pendidikan karakter, meliputi lima nilai utama.

Pertama, religius, yakni mencakup dimensi hubungan antarmanusia, hubungan dengan Tuhan, dan hubungan dengan alam semesta. Penjabaran nilai religius yang lebih rinci dapat meliputi, menghargai setiap agama dan juga kepercayaan masing-masing, anti kekerasan dan penindasan, toleransi, cinta damai, bekerja sama dan tidak memaksakan kehendak.

Kedua, nasionalis, yakni nilai karakter yang terlihat dalam cara berperilaku, bersikap dan berpikir yang menggambarkan kesetiaan. Memiliki rasa yang tinggi akan kepentingan bangsa di atas kepentingan sendiri, cinta Tanah Air, rela berkorban, dan toleransi terhadap keragaman budaya.

Ketiga, mandiri, yakni nilai karakter untuk tidak bergantung terhadap orang lain dalam berperilaku dan bersikap. Menggunakan pikiran, tenaga, waktu untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan tidak mengandalkan orang lain. Penjabaran nilai mandiri yang lebih rinci ialah etos kerja (kerja keras), tangguh, profesional, dan berani.

Keempat, gotong -royong, merupakan nilai karakter yang menggambarkan sikap bahu membahu dan menghargai kerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan. Nilai karakter gotong-royong dapat berupa solidaritas, musyawarah, mufakat, dan sikap kerelawanan.

Kelima, integritas, yakni berupaya membangun sikap dapat dipercaya dalam melakukan suatu tindakan maupun perkataan. Mempunyai komitmen dan kesetiaan terhadap nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Nilai karakter integritas dimanifestasikan dengan sikap, seperti jujur, komitmen tinggi, dan tanggung jawab.

Pembentukan karakter anak didik perlu dibentuk dari berbagai sisi, baik sekolah sebagai pendidikan formal ataupun di lingkungan rumah sebagai pendidikan non-formal. Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, “Tri Pusat Pendidikan” ialah sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan pendukung penyelenggaraan pendidikan.

Membangun pendidikan karakter bukan hanya dilakukan di sekolah, tetapi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Membangun karakter siswa mengenai nilai-nilai moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik merupakan usaha dan tanggung-jawab semua pihak.

Pertama, keluarga, terutama orang tua berperan penting dalam membangun karakter generasi berkualitas berintegritas, karena orang tua adalah teladan untuk anak-anaknya, sehingga segala perilaku orang tua akan banyak mempengaruhi perkembangan anak.

Menurut Hyoscyamina, D. E, dalam kajiannya pada Jurnal Psikologi Undip mengenai peran keluarga dalam membangun karakter anak, keluarga, dan orang tua adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak, sehingga kebiasaan yang membentuk karakter diajarkan pertama kali dalam lingkungan keluarga.

Orang tua harus menanamkan pendidikan karakter sejak dini dengan menanamkan nilai akhlak yang baik. Peran guru di sekolah tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi dituntut untuk menjadi model atau panutan dalam bersikap. Guru memosisikan diri dengan bijak agar dapat memberikan pendidikan yang menghormati sesama dan peduli, yaitu pendidikan yang dapat memberikan pencerahan mengenai hakikat manusia itu sendiri.

Pendidikan yang memanusiakan juga berarti pendidikan yang menjunjung tinggi nilai solidaritas dan cinta kasih. Guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran yang tepat, pembelajaran kreatif dan inovatif yang menekankan pada pemecahan masalah, dan kemampuan untuk hidup antarsesama manusia agar siswa dapat mengembangkan nilai-nilai karakter.

Pendidikan karakter menjadi salah satu aspek untuk peningkatan kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan karakter bagi generasi berkualitas berintegritas diharapkan mampu membawa perubahan akan keberhasilan pendidikan di Indonesia.

Harapan dan cita-cita tersebut tidak akan terwujud apabila tidak adanya usaha dan kerja sama dari semua pihak, baik itu antarpemegang kebijakan dan pelaku kebijakan.

Oleh sebab itu, untuk menciptakan generasi berkualitas berintegritas yang berkarakter harus dimulai dari kerja sama para pendidik. Kita semua menyadari, bahwa suatu bangsa akan dapat maju dan mengejar ketertinggalan dari bangsa lain hanya dengan sebuah pendidikan.

Peran pendidikan yang berdasarkan karakter dan jati diri bangsa akan menciptakan generasi berkualitas berintegritas yang memiliki etika dan berbudaya. Generasi berkualitas berintegritas akan mencetak kualitas manusia yang unggul di masa depan, sebagaimana yang telah dicita-citakan bersama, membangun generasi berkualitas berintegritas dengan pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam memajukan pendidikan Indonesia.

Keberhasilan dan kegagalan pendidikan karakter akan menentukan wajah masa depan bangsa ke depan. Pendidikan karakter memiliki dampak yang signifikan terhadap individu, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan.

Output dari pendidikan karakter, di antaranya adalah mencetak warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan karakter membantu individu mengembangkan nilai-nilai dan kemampuan yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab.

Meningkatkan kualitas masyarakat. Dengan mengembangkan karakter yang positif, individu lebih mungkin untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan mempromosikan keharmonisan sosial.

Mendorong perkembangan ekonomi. Pendidikan karakter dapat membantu mengembangkan kemampuan dan nilai-nilai yang diperlukan untuk kemajuan kesejahteraan.

Pendidikan karakter juga mengurangi masalah sosial. Dengan mengembangkan karakter yang positif, individu kurang mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang merugikan, seperti kekerasan, penyalahgunaan zat, dan kejahatan lainnya.

Melihat implikasi yang luas tersebut, pendidikan karakter perlu mendapat dukungan semua pihak untuk mewujudkan kemajuan Bangsa yang beradab.

*) M Aminudin adalah peneliti pada Institute for Strategic and Development Studies (ISDS), pernah menjabat sebagai staf ahli di Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ staf ahli DPRRI 2008, Pengurus Pusat Ikatan alumni Unair

Copyright © ANTARA 2025