Pertamina agresif cari migas baru usai AS keluar dari Paris Agreement

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menyatakan akan semakin agresif mencari sumber minyak dan gas (migas) baru setelah ...

Pertamina agresif cari migas baru usai AS keluar dari Paris Agreement
Saya kira tidak adil bagi kita kalau kita ikut Perjanjian Paris, sementara negara-negara besar saja masih melakukan pembangunan

Badung, Bali (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menyatakan akan semakin agresif mencari sumber minyak dan gas (migas) baru setelah Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Iklim Paris atau Paris Agreement.

“Saya kira tidak adil bagi kita kalau kita ikut Perjanjian Paris, sementara negara-negara besar saja masih melakukan pembangunan,” ucap Direktur Eksplorasi PHE Muharram Jaya Panguriseng dalam Media Gathering Subholding Upstream di Badung, Bali, Rabu.

Menurut Muharram, apabila Indonesia ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, serta menjadi negara terbesar keempat di dunia pada 2050, berdasarkan produk domestik bruto (PDB), maka tidak ada cara lain untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia.

“Cari, cari, cari sumber energi baru,” ucapnya.

Muharram menyampaikan tidak ada yang namanya 100 persen energi hijau maupun 100 persen energi fosil. Kedua hal tersebut haruslah diupayakan untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia dalam rangka melancarkan pembangunan bangsa.

Oleh sebab itu, lanjut dia, ketika Perjanjian Paris digaungkan, Muharram mengaku memiliki program yang bertolak belakang dengan perjanjian tersebut.

“Yaitu, agresivitas dari pengeboran eksplorasi di PHE,” kata Muharram.

Agresivitas dalam meningkatkan lifting migas diterjemahkan oleh Muharram ke dalam tiga strategi, yakni mempertahankan aktivitas eksplorasi di blok-blok yang sudah dimiliki Pertamina; diberi blok migas baru; serta mencari mitra untuk menemukan blok-blok baru.

“Artinya, kami cari partner (mitra). Jadi bukan hanya kami yang berpikir, mitra kami juga ikut memikirkan. Sehingga ada partner untuk diskusi,” ucap Muharram.

Pernyataan tersebut ia sampaikan merespons keluarnya Amerika Serikat dari Perjanjian Iklim Paris. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (28/1) memastikan bahwa Amerika Serikat (AS) telah secara resmi memberi tahu mengenai pengunduran dirinya dari Perjanjian Iklim Paris.

Perjanjian Paris tentang perubahan iklim diadopsi pada 2015 oleh 195 anggota Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.

Tujuannya adalah untuk membatasi peningkatan suhu rata-rata global hingga jauh di bawah dua derajat Celsius di atas tingkat praindustri, dan sebaiknya mendekati 1,5 derajat Celsius.

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025