Saham GOTO Melesat 4% di Tengah Kabar Merger dengan Grab Tuntas Tahun Ini

Saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melesat hingga di atas 4% di tengah isu penggabungan usaha atau merger dengan Grab. Tak hanya itu, dua startup raksasa itu dikabarkan tengah mempercepat merger

Saham GOTO Melesat 4% di Tengah Kabar Merger dengan Grab Tuntas Tahun Ini

Saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melesat hingga di atas 4% di tengah isu penggabungan usaha atau merger dengan Grab Holdings Ltd. Tak hanya itu, dua startup raksasa itu dikabarkan tengah mempercepat aksi korporasi tersebut dan ditargetkan rampung tahun ini.  

Berdasarkan RTI Business, saham GOTO naik 3,70% ke level 84 per lembar saham pada perdagangan saham hari ini, Selasa (4/2) pukul 13.43 WIB. Harga saham GOTO bahkan menyentuh level 86 atau naik 4,5%. 

Secara keseluruhan, volume yang diperdagangkan tercatat 2,83 miliar. Adapun nilai transaksi Rp 237,83 miliar, dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 95,81 triliun.

Apabila menilik pergerakan harga sahamnya, GOTO telah terangkat hingga 18,31% dalam sebulan terakhir. Tak hanya itu, GOTO juga menguat 20% secara year to date (ytd) dan melesat hingga 55,56% dalam enam bulan terakhir. 

Sebelumnya melansir pemberitaan Bloomberg, Grab Holdings Ltd. dan GoTo Group dikabarkan mempercepat pembahasan merger dengan target kesepakatan pada tahun ini. Hal itu demi mengakhiri kerugian yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di pasar internet Asia Tenggara yang sangat kompetitif.  

Menurut sumber yang mengetahui perkembangan tersebut, pembicaraan antara kedua perusahaan meningkat dalam beberapa minggu terakhir, dan menilai tahun 2025 sebagai momen yang tepat untuk merger. Sebagai dua pemain utama layanan transportasi online di Asia Tenggara, merger ini diharapkan dapat menekan biaya operasional dan mengurangi persaingan di kawasan dengan lebih dari 650 juta konsumen.  

Grab yang berbasis di Singapura dan didukung oleh Uber Technologies Inc., serta GoTo dari Indonesia dengan investor utama seperti Softbank Group Corp., telah menunjukkan kemajuan menuju profitabilitas sejak IPO di bursa. Namun, persaingan ketat dalam menarik pengguna terus menekan harga dan margin keuntungan.  

Sebelumnya, upaya merger terhambat oleh perbedaan pandangan antara kedua pihak serta potensi tantangan dari regulasi antimonopoli, mengingat dominasi mereka di pasar Indonesia dan Singapura. Sumber yang enggan disebutkan namanya menekankan bahwa meskipun diskusi semakin intens, belum ada jaminan bahwa rencana ini akan berujung pada kesepakatan final.