Segerakan Kebaikan: Hidayah yang Tidak Boleh Ditunda
sumber gambar: freepik.com Pernahkah Anda merasakan keinginan tiba-tiba untuk berbuat kebaikan? Mungkin di tengah kesibukan, hati Anda tergerak untuk bersedekah, membaca Al-Qur’an, atau menunaikan shalat sunnah. Jika iya, jangan abaikan....
Pernahkah Anda merasakan keinginan tiba-tiba untuk berbuat kebaikan? Mungkin di tengah kesibukan, hati Anda tergerak untuk bersedekah, membaca Al-Qur’an, atau menunaikan shalat sunnah. Jika iya, jangan abaikan. Itu adalah momen spesial ketika Allah SWT memberikan hidayah kepada Anda.
Sebagaimana kata pepatah, hidup ini tidak memiliki “siaran tunda.” Ketika niat baik muncul, segerakanlah. Karena jika ditunda, kita tak pernah tahu apakah kesempatan itu akan datang kembali atau tidak.
Kebaikan adalah Hidayah
Setiap dorongan untuk berbuat baik adalah tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Allah SWT memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Jika hati kita tergerak untuk melakukan kebaikan, maka itu bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah panggilan dari Sang Maha Pengatur.
Imam Al-Ghazali pernah berkata,"Ketika Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk berbuat kebaikan, itu adalah tanda bahwa Allah ingin menolong kita mendekat kepada-Nya."
Bayangkan jika kesempatan itu berlalu begitu saja. Kita menunda-nunda hingga akhirnya keinginan tersebut memudar. Jangan sampai hidayah itu dicabut oleh Allah karena kita tak menghargainya.
Tunda Kebaikan, Tunda Kesempatan
Saat tergerak untuk bersedekah, lakukanlah segera. Saat merasa ingin membaca Al-Qur’an, ambillah mushaf dan baca walau hanya beberapa ayat. Ketika hati tergerak untuk shalat sunnah, langsung berdiri dan tunaikan. Jangan tunda, karena penundaan sering kali menjadi awal dari kelalaian.
Rasulullah SAW bersabda:
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim no. 118).
Setiap detik adalah peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jangan biarkan alasan-alasan duniawi menghalangi langkah kita menuju kebaikan.
Hidup Tanpa Siaran Tunda
Hidup ini adalah perjalanan satu arah. Tidak ada kesempatan untuk mengulang waktu atau memperbaiki apa yang telah terlewat. Ketika kita menunda kebaikan, kita tidak hanya kehilangan peluang pahala, tetapi juga bisa kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri di hadapan Allah.
Ingatlah, penyesalan selalu datang terlambat. Jangan sampai kita berkata, “Andai saja dulu aku melakukannya...” Saat itu, segalanya sudah terlambat, dan waktu yang hilang tidak akan kembali.
Segera Berbuat Baik, Sekarang Juga!
Mari jadikan hari ini awal dari kebiasaan baru: segerakan kebaikan. Apapun bentuknya, besar atau kecil, lakukanlah dengan ikhlas. Jangan tunggu sempurna, karena niat baik yang langsung diwujudkan lebih bernilai daripada rencana besar yang tak pernah terlaksana.
Segera tunaikan sedekah hari ini, walaupun hanya sedikit. Karena Allah tidak melihat besar atau kecilnya amal, tetapi melihat keikhlasan hati kita.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 261:"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji."
Kebaikan adalah hidayah. Ketika hati tergerak untuk berbuat baik, jangan ditunda. Segera ambil langkah nyata untuk mewujudkannya. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan penyesalan. Jadilah pribadi yang sigap dalam kebaikan, karena setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas adalah investasi abadi untuk kehidupan akhirat.
Jangan tunda lagi, mari lakukan kebaikan hari ini. Mulailah dengan sedekah dan wujudkan perubahan untuk diri sendiri dan orang lain.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.