Studi: Satu Jam Terpapar Polusi Udara Bisa Memperburuk Fungsi Otak
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Paparan polusi dinilai tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun juga bisa memengaruhi fungsi otak bahkan dalam hitungan jam. Hal ini terungkap dalam sebuah studi dari...
![Studi: Satu Jam Terpapar Polusi Udara Bisa Memperburuk Fungsi Otak](https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/005276700-1718966967-830-556.jpg)
Deretan gedung bertingkat tertutup polusi udara (ilustrasi). Paparan polusi dinilai tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun juga bisa memengaruhi fungsi otak bahkan dalam hitungan jam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Paparan polusi dinilai tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun juga bisa memengaruhi fungsi otak bahkan dalam hitungan jam. Hal ini terungkap dalam sebuah studi dari University of Birmingham Inggris yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.
Penelitian ini menemukan bahwa menghirup polusi selama 60 menit bisa menyebabkan penurunan atensi selektif (kemampuan menyaring informasi yang relevan), dan pengenalan emosi (kemampuan mengidentifikasi ekspresi wajah dengan benar). “Studi kami memberikan bukti kuat bahwa paparan jangka pendek terhadap polusi dapat memiliki efek negatif langsung pada fungsi otak yang kita gunakan untuk aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja di supermarket,” kata penulis studi, dr Thomas Faherty, seperti dilansir laman Study Finds, Kamis (13/2/2025).
Polusi partikulat terdiri atas partikel kecil yang melayang di udara. Yang paling berbahaya adalah PM2.5 yaitu partikel dengan diameter 30 kali lebih kecil dari sehelai rambut manusia. PM2.5 berasal dari berbagai sumber seperti asap kendaraan, emisi industri, asap rokok, dan bahkan aktivitas rumah tangga seperti memasak.
Ukurannya yang begitu kecil memungkinkan partikel ini masuk jauh ke dalam paru-paru dan bahkan memasuki aliran darah. Penelitian ini melibatkan 26 orang dewasa berusia 19 hingga 67 tahun, dengan usia rata-rata 27,7 tahun. Setiap peserta mengikuti empat sesi eksperimen berbeda di mana mereka terpapar udara bersih atau udara yang mengandung polusi PM tingkat tinggi. Para peneliti menciptakan kondisi polusi yang terkendali dengan membakar lilin di ruang pengujian, menghasilkan partikel halus yang mirip dengan yang ditemukan di lingkungan perkotaan.
Dalam beberapa sesi, peserta mengenakan klip hidung untuk membatasi pernapasan hidung, sementara di sesi lain mereka bernapas dengan normal. Ini adalah studi pertama yang secara eksperimental memanipulasi rute inhalasi PM. Hasilnya menunjukkan bahwa gangguan kognitif tetap terjadi, baik peserta bernapas melalui hidung maupun mulut.
“Kualitas udara yang buruk merusak perkembangan intelektual dan produktivitas pekerja, dengan implikasi sosial dan ekonomi yang signifikan di dunia berteknologi tinggi yang bergantung pada keunggulan kognitif,” kata penulis lainnya, profesor Francis Pope dari University of Birmingham.
Para peserta menjalani tes kognitif sebelum dan empat jam setelah paparan polusi. Hasilnya, kemampuan fokus dan pengenalan emosi menurun secara signifikan. Namun memori kerja mereka tetap stabil, yang menunjukkan bahwa tidak semua aspek fungsi otak terpengaruh dalam jangka pendek.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa dampak polusi udara bisa terjadi lebih cepat dari yang kita kira. Menggunakan masker, memasan filter udara, dand mengurangi udara bisa menjadi langkah sederhana untuk melindungi kesehatan otak.