Transisi Energi Kunci Keberlanjutan Sektor Perikanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, sektor ini juga memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan hidup. "Oleh karena itu,...

Transisi Energi Kunci Keberlanjutan Sektor Perikanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, sektor ini juga memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan hidup.

"Oleh karena itu, transisi energi terbarukan pada dan kelautan merupakan langkah yang sangat strategis dalam upaya untuk mengurangi dampak lingkungan hidup dan meningkatkan keberlanjutan sektor perikanan dan kelautan," kata Direktur Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP), Ani Laelani, Kamis (13/2/2025).

Hal ini ia sampaikan dalam diskusi “Mendorong Akselerasi Terbarukan Pada Sektor Perikanan dan Kelautan”  di Politeknik AUP yang digelar Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dan AUP.

Ani berharap selain menjadi wadah diskusi dan pertukaran gagasan yang konstruktif, diskusi ini menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam mendorong akselerasi transisi energi terbarukan pada sektor perikanan dan kelautan.

Ketua Umum KNTI Dani Setiawan menekankan pentingnya sumber daya manusia yang unggul dan memadai untuk mendukung sektor kelautan dan perikanan. Dani mengatakan sebagai negara maritim, Indonesia sudah seharusnya dipasok sumber daya manusia yang unggul dan  memadai.

"Untuk menjadikan sektor perikanan kelautan betul-betul menjadi tumpuan bagi pembangunan dan perekonomian bangsa kedepan" kata Dani.

Saat ini, tantangan sektor perikanan kelautan tidak hanya soal mengelola sumber daya alam sektor perikanan kelautan. Tetapi menuju tahap berikutnya, yaitu pembangunan perikanan kelautan untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya melalui hilirisasi di sektor perikanan kelautan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.

“Tidak hanya teknologi dan inovasi yang berdaya guna bagi masyarakat, akan tetapi bagaimana teknologi dapat menciptakan nilai tambah dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat," kata Dani

Dani juga menekankan pentingnya mengadopsi dan beradaptasi dengan sumber teknologi atau energi baru dan terbarukan. Menurutnya, konsumen internasional memiliki kesadaran tinggi kepada produk yang menggunakan sumber energi terbarukan atau yang dikelola dan diproses secara berkelanjutan dari konteks lingkungan.

“Hal lainnya yang menjadi perhatian KNTI adalah dampak perubahan iklim yang berdampak terhadap kegiatan usaha sektor perikanan kelautan," kata Dani.

Ia mengatakan sektor perikanan harus didorong lebih cepat melakukan transisi energi dan adopsi energi yang lebih bersih. Sumber-sumber energi terbarukan harus menjadi sandaran bagi masa depan sektor ini. " Kita ingin pengelolaan sektor kelautan dan perikanan lebih berkelanjutan dan mensejahterakan" kata Dani.

Kepala Pusat Pendidikan Kelautan Perikanan Dr. Alan Frendy, menyampaikan dampak perubahan iklim bagi perikanan skala kecil dan pentingnya transisi energi dan pembangunan sumber daya manusia. “Kenaikan CO2 semakin lama semakin drastis di atmosfer, tahun 2023 kenaikannya mencapai 418,51 ppm dari 415,91 ppm pada 2022," kata Alan.

Alan juga menilai target pemanasan global 1,5 derajat Celsius cukup sulit apabila melihat tren data saat ini. Ia juga menyampaikan bagaimana dampak perubahan iklim terhadap perikanan skala kecil baik bidang penangkapan maupun budi daya.

“Yang paling rentan untuk perikanan skala kecil, khususnya penangkapan ikan terkait dengan perubahan iklim ada beberapa hal yang akan terjadi. Pertama, adalah pergeseran distribusi ikan dan pola imigrasi, kemudian cara-cara perikanan tradisional tidak bisa dipertahankan karena banyak perubahan," kata Alan.

Sedangkan untuk sektor budi daya, Alan menyampaikan bahwa perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrem, banjir, penyakit ikan dan udang, parasit dan lonjakan pertumbuhan alga beracun. “Dampak panjangnya, kita akan semakin kesulitan mencari benih-benih alami. Serta adanya kenaikan temperatur, curah hujan, keasaman laut," kata Alan.