Deposito hingga Obligasi Jadi Pilihan Investasi di Tengah Tantangan Ekonomi 2025

Ully Safitri, Certified Financial Planner, CHRP, Consultant dari OneShildt Financial Independence, menilai banyak masyarakat Indonesia cenderung berinvestasi karena sekadar mengikuti tren.

Deposito hingga Obligasi Jadi Pilihan Investasi di Tengah Tantangan Ekonomi 2025

Di tengah ketidakpastian ekonomi yang diprediksi akan berlanjut pada 2025, deposito, emas, hingga obligasi muncul sebagai instrumen investasi yang tepat bagi kalangan masyarakat yang ingin mengelola keuangan dengan bijak. Masyarakat diimbau berinvestasi secara bertahap dan menghindari perilaku yang sekadar mengikuti tren atau fear of missing out (FOMO). 

Ully Safitri, Certified Financial Planner, CHRP, Consultant dari OneShildt Financial Independence, menilai banyak masyarakat Indonesia cenderung berinvestasi karena mengikuti tren atau fenomena FOMO. Untuk menghindari hal tersebut, Ully menyatakan masyarakat perlu mengenal dunia investasi secara bertahap, terutama bagi pemula.

"Seringkali kita melihat teman buka saham, beli obligasi, atau emas, lalu ikut-ikutan tanpa memahami profil risiko masing-masing," ujar Ully, di Jakarta, Jumat (24/1). 

Langkah awal investasi yang paling mudah adalah melalui deposito berjangka karena hasilnya sudah jelas. Setelah itu, ia mengatakan investor bisa beralih ke emas batangan, bukan investasi dalam bentuk emas perhiasan.

Menurut Ully, emas batangan lebih ideal untuk investasi karena nilainya murni mengikuti harga emas dunia. Sementara itu, emas perhiasan hanya memiliki nilai riil sekitar 60% akibat biaya desain dan promosi. 

Setelah emas, investor dapat mencoba obligasi atau instrumen berbasis tabungan, seperti tabungan syariah berjangka dua tahun yang menawarkan hasil tetap dan transparan. Yang terpenting, kata Ully, masyarakat harus menyesuaikan investasi dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.

“Nah, caranya bagaimana supaya mulai berlatih agar uang bekerja sendiri? Ketika kita memasukkan uang untuk investasi, katakan masuk obligasi, terus tiap bulan dapat Rp 100 ribu dari obligasi, uang ini kita masukkan lagi ke deposito atau ke tabungan emas yang ketika sudah mencapai 5 gram, 10 gram, ditukar jadi emas batangan, Itu saja dulu, latihan dulu,” kata Ully. 

Lebih lanjut, Ully menekankan pentingnya diversifikasi portofolio seiring bertambahnya nilai investasi. Ketika portofolio semakin besar, investor disarankan untuk mulai mempertimbangkan instrumen seperti saham dan reksa dana, serta mempelajari lebih mendalam agar pengelolaan asetnya lebih optimal.

Namun sebelum memilih instrumen investasi, Ully mengingatkan agar masyarakat memastikan ketersediaan uang dingin. Uang dingin adalah dana yang memang disiapkan untuk investasi tanpa mengganggu kebutuhan sehari-hari.

Ia juga menyoroti kecenderungan anak muda saat ini yang sering berinvestasi tanpa menggunakan uang dingin dan langsung memilih instrumen berisiko tinggi, seperti saham atau bahkan kripto. Menurutnya, hal ini dianggap kurang bijak dan berpotensi menimbulkan kerugian.

“Nah, ini yang perlu ditarik mundur dulu sedikit. Pada prinsipnya, dana daruratnya sudah ada belum? Kalau itu sudah ada, kemudian ada ekstra uang, baru kita masuk ke investasi,” kata Ully. 

Jenius Perkenalkan Creditbility

Menyusun resolusi keuangan pada awal tahun menjadi langkah penting, seperti menata ulang berbagai aspek kehidupan. Pasalnya, kesehatan finansial juga memerlukan perhatian khusus. Ully mengatakan, resolusi keuangan tidak hanya tentang menabung lebih banyak, tetapi juga membangun reputasi keuangan yang baik.  

Setiap individu memiliki tujuan finansial yang beragam, mulai dari pendidikan, renovasi rumah, memulai usaha, hingga persiapan dana darurat. Untuk mempercepat pencapaian tujuan-tujuan tersebut, salah satu solusi yang dapat dimanfaatkan adalah pinjaman pribadi sebagai alat pendukung pengelolaan keuangan secara strategis.

“Dengan catatan, penting untuk meminjam sesuai kapasitas dan membayar tepat waktu guna membangun reputasi keuangan yang baik,” kata Ully dalam kelas edukasi finansial bertajuk “Financial Resolutions: Build a Better Financial Reputation” yang diadakan oleh Jenius, pionir perbankan digital dari SMBC Indonesia, Jakarta. 

Jenius, sebagai teman dalam perjalanan finansial masyarakat yang melek digital (digital savvy), memahami kredit adalah salah satu alat yang penting untuk mengakselerasi hidup dan mencapai tujuan. Karena itu, Jenius terus berinovasi dengan menghadirkan solusi finansial yang membantu dan memudahkan kehidupan pengguna.

Setelah meluncurkan berbagai produk kredit seperti Jenius Paylater, Flexi Cash, dan Kartu Kredit Jenius, kini Jenius memperkenalkan inovasi terbaru, Creditbility. Inovasi ini untuk membantu pengguna tidak hanya mengetahui nilai kelayakan kredit masyarakat, tetapi juga menjadi alat yang praktis untuk mengajukan dan mengelola ketiga produk kredit tersebut di Jenius secara lebih mudah dan terintegrasi.

Febri Rusli, Digital Banking Product & Innovation Head SMBC Indonesia, mengatakan melalui Creditbility, Jenius memberikan kemudahan bagi pengguna untuk dapat mendapatkan ketiga produk kredit di Jenius, seperti Jenius Paylater, Flexi Cash, dan Kartu Kredit Jenius.

Pengguna Creditbility bisa mendapatkan ketiga produk itu sekaligus dalam satu kali pengajuan. Tidak hanya itu, pengguna juga dapat mengelola produk kredit dengan lebih praktis dan aman dalam satu aplikasi.

“Dengan fleksibilitas alokasi limit kredit yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan,” kata Febri.