Lumba-Lumba Terdampar di Pesisir Kenjeran, Nelayan: Sudah Sering Terjadi

Lumba-Lumba Terdampar di Pesisir Kenjeran, Nelayan: Sudah Sering Terjadi. ????Seekor lumba-lumba sepanjang tiga meter ditemukan terdampar di Pesisir Laut Kenjeran, Surabaya. Nelayan menyebut kejadian ini sering terjadi akibat ombak besar atau tersangkut jaring. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Lumba-Lumba Terdampar di Pesisir Kenjeran, Nelayan: Sudah Sering Terjadi

Surabaya (beritajatim.com) – Seekor lumba-lumba berukuran tiga meter ditemukan terdampar di Pesisir Laut Kenjeran, Surabaya, pada Senin (3/2) sore. Kejadian ini bukanlah yang pertama kali terjadi di wilayah tersebut. Nelayan setempat menyebut bahwa lumba-lumba, paus, dan ikan hiu kerap terdampar akibat ombak besar.

“Nelayan menemukan lumba-lumba terdampar di sini sudah sering. Tidak hanya lumba-lumba, ikan hiu, atau paus juga sering ditemukan, dan saking seringnya tidak bisa dihitung,” kata nelayan Pesisir Timur Laut Kenjeran Surabaya, Mujib, saat ditemui beritajatim.com, Selasa (4/2/2025).

Mujib menjelaskan bahwa insiden terdamparnya lumba-lumba kali ini disebabkan oleh ombak besar saat air laut pasang. Namun, dalam beberapa kejadian sebelumnya, beberapa hewan laut juga ditemukan tersangkut di jaring nelayan.

“Lumba-lumba, paus, ikan hiu kadang terdampar murni, dan kadang juga tidak sengaja tersangkut di jaring jebakan nelayan,” jelas dia.

Beruntung, lumba-lumba yang terdampar kemarin dapat dikembalikan ke laut lepas. Mujib menyebut bahwa lumba-lumba pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan bernama Selamet. Hewan tersebut dilepaskan kembali ke laut sekitar pukul 17.00 WIB dengan cara digiring menggunakan kain.

“Lumba-lumba ini gak boleh ditangkap, dilindungi, kalau pun ditangkap kita bisa dihukum,” tambahnya.

Mujib, pria berusia 45 tahun itu, juga mengisahkan bahwa sebelum adanya undang-undang perlindungan satwa, lumba-lumba yang terdampar kerap ditangkap oleh warga nelayan setempat. Hewan-hewan tersebut kemudian dipelihara dalam kandang khusus dan dipertontonkan dengan tarif tertentu.

Tarif tersebut, lanjut Mujib, digunakan sebagai tarikan uang kas yang kemudian dialokasikan untuk pembangunan tempat ibadah, seperti masjid atau musala.

“Kalau zaman dulu itu masih boleh ditangkap dan dipertontonkan ditarik uang kas kampung nelayan. Dari situ kita bisa dapat uang banyak, uangnya untuk pembangunan musala dan masjid,” ucap Mujib. [ram/beq]