Alasan JP Morgan Pangkas Rating Bank Mandiri Jadi Underweight
JP Morgan merevisi rating perbankan raksasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dari netral menjadi underweight.
![Alasan JP Morgan Pangkas Rating Bank Mandiri Jadi Underweight](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2025/01/22/Bank_Mandiri-2025_01_22-11_18_45_9bbfe3a78c866779efcdcd04d075af11_960x640_thumb.jpeg)
JP Morgan merevisi rating perbankan raksasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dari netral menjadi underweight. Tak hanya itu, target harga sahamnya pun juga direvisi menjadi Rp 5.500 dari sebelumnya JP Morgan menetapkan pada Rp 6.025.
Pada perdagangan sesi pertama Jumat (7/2), saham BMRI terpantau turun 0,98% ke level Rp 5.050 per lembar saham dan kapitalisasi pasarnya juga menjadi Rp 471,33 triliun. Tak hanya itu, tren performa BMRI juga anjlok 16,18% dalam seminggu terakhir dan tergelincir 11,40% secara year to date (ytd).
Tim Analis JP Morgan memperkirakan kinerja Bank Mandiri bisa turun sekitar 9%-10% pada 2025 atau 2026. Menurutnya, perkiraan pasar saat ini terlalu optimis, terutama dalam hal pertumbuhan kredit, margin keuntungan dari bunga (NIM), dan dana cadangan.
Selain itu, JP Morgan menyebut kondisi likuiditas di industri perbankan kini cukup ketat, sedangkan target pertumbuhan kredit dua digit bisa membuat suku bunga simpanan naik. Meski begitu, JP Morgan menilai Bank Mandiri sudah memiliki salah satu platform pembayaran terbaik untuk konsumen, merchant, serta nasabah bisnis. Namun, perbankan secara keseluruhan masih menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan dana dan arus kas.
“Meskipun BMRI akan mampu menumbuhkan DPK lebih cepat dari industri, namun delta pertumbuhannya tidak akan cukup untuk menjaga CoF dan tetap tumbuh pada tingkat ~10%,” tulis tim analis JP Morgan dalam risetnya, dikutip Jumat (7/2).
Selain itu, JP Morgan memperkirakan pendapatan bunga bersih (NII) akan menjadi faktor utama yang menyebabkan revisi negatif terhadap proyeksi kinerja Bank Mandiri. Meskipun kualitas aset bank masih terjaga dengan baik, melambatnya pertumbuhan kredit di sektor perbankan secara keseluruhan dapat meningkatkan tekanan terhadap arus kas pada pertengahan tahun. Saat ini, dampaknya paling terlihat di segmen mikro, tetapi ada risiko menyebar ke sektor lain.
Target Harga Saham BMRI Turun
Oleh karena itu, JP Morgan memperkirakan biaya kredit bruto akan naik sedikit menjadi 113 basis poin (bps) tahun ini, meningkat 16 bps dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini diperkirakan bakal berdampak pada laba per saham (EPS) dan valuasi saham.
Target harga saham Bank Mandiri untuk Desember ditetapkan menjadi Rp5.500, turun dari sebelumnya Rp 6.050. Penilaian ini berdasarkan metode Dividend Discount Model (DDM) dua tahap, dengan tingkat biaya ekuitas (CoE) sebesar 14,8%, return on equity (RoE) yang dinormalisasi sebesar 19,1%, dan tingkat pertumbuhan (g) sebesar 6%.
JP Morgan menyebut perubahan utama dalam valuasi ini adalah kenaikan CoE sebesar 60 bps untuk menyesuaikan risiko industri yang lebih tinggi.
Selain itu, JP Morgan menilai beberapa faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) di industri perbankan, termasuk kekuatan dolar AS, suku bunga AS, neraca transaksi berjalan, dan arus modal. Tim analis JP Morgan menunjukkan kemungkinan kenaikan likuiditas perbankan secara signifikan, meskipun waktunya masih belum pasti.
Selain itu, terdapat pola musiman terkait repatriasi dividen pada Maret atau April yang bisa menimbulkan risiko jangka pendek. Maka dari itu, JP Morgan memperkirakan adanya revisi negatif dalam beberapa minggu ke depan. Secara khusus, laporan keuangan bank serta pengarahan dan diskusi dengan manajemen berpotensi menjadi pemicu utama revisi ini.
“Hal ini, dalam pandangan kami, akan menyebabkan saham BMRI melemah,” ungkap tim analis JP Morgan.
Bank Mandiri Raih Laba Rp 55,8 Triliun di 2024
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan kinerja keuangan solid sepanjang 2024 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 55,8 triliun. Pencapaian ini naik 1,3% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba sepanjang 2023 yakni Rp 55,1 triliun.
Merujuk laporan resmi yang dirilis Bank Mandiri dalam corporate snapshot, tingginya laba ini mendorong Return on Equity (ROE) Bank Mandiri mencapai 21,2%. Capaian ROE ini mencerminkan profitabilitas yang kuat di tengah kondisi ekonomi yang dinamis. Analis Investasi Stockbit, Everson Sugianto mengatakan capaian kinerja Bank Mandiri sepanjang 2025 memberi sinyal positif bagi investor.
“Hasil ini in-line dengan ekspektasi, setara 99% estimasi FY24 konsensus,” ujar Everson seperti dikutip, Rabu (5/2).
Bank Mandiri juga melaporkan total aset berdasar tahun buku 2024 mencapai Rp 2.427 triliun yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia. Adapun kredit yang disalurkan sepanjang tahun mencapai Rp 1.670 triliun, dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross yang turun dari 1,02% pada 2023 menjadi 0,97%, serta NPL net yang sebesar 0,33% per Desember 2024.